Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 22 Nov 2024, 00:02 WIB

Pembalasan Lebih Kejam, Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua ke Ukraina

Petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi serangan rudal Rusia, di Dnipro, Ukraina pada 21 November 2024.

Foto: Istimewa

KYIV - Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua atau intercontinental ballistic missile (ICBM) selama serangan terhadap Ukraina pada hari Kamis (21/11), menjadi penggunaan pertama dalam perang dari senjata yang dirancang untuk melancarkan serangan nuklir jarak jauh.

Dari Channel News Asia, peluncuran tersebut menyoroti meningkatnya ketegangan dengan cepat dalam perang yang telah berlangsung selama 33 bulan setelah Ukraina menembakkan rudal jelajah buatan Amerika Serikat, Army Tactical Missile System (ATACMS) dan Storm Shadow buatan Inggris ke sejumlah target di dalam wilayah Rusia minggu ini, meskipun Moskow memperingatkan tindakan tersebut sebagai eskalasi yang akan mensahkan respon lebih besar.

Para pakar keamanan mengatakan bahwa ini akan menjadi penggunaan pertama rudal balistik antarbenua untuk keperluan militer. ICBM adalah senjata strategis yang dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir dan merupakan bagian penting dari pencegah nuklir Rusia.

"Hari ini ada rudal Rusia yang baru. Semua karakteristiknya, kecepatan, ketinggian, merupakan rudal balistik antarbenua. Saat ini, penyelidikan oleh pakar sedang berlangsung," kata Presiden Ukraina,  Volodymyr Zelenskyy dalam sebuah pernyataan video.

Angkatan Udara Ukraina mengatakan, rudal itu diluncurkan dari wilayah Astrakhan, Rusia, lebih dari 700 kilometer dari Dnipro di Ukraina tengah-timur. Mereka tidak menyebutkan jenis hulu ledak yang dimiliki rudal itu atau jenis rudalnya. Namun tidak ada indikasi rudal itu berhulu ledak nuklir.

Ketika ditanya tentang pernyataan angkatan udara, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov,  meminta wartawan untuk menghubungi militer Rusia guna memberikan komentar. Selama pengarahan mingguan, juru bicara kementerian luar negeri Maria Zakharova menerima panggilan telepon yang berisi perintah dari seorang pria tak dikenal agar tidak berkomentar, seperti yang ditunjukkan dalam rekaman video.

Ukrainska Pravda, media yang berkantor pusat di Kyiv, mengutip sumber anonim yang mengatakan rudal itu adalah RS-26 Rubezh, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat dengan jangkauan 5.800 km, menurut Asosiasi Kontrol Senjata.

RS-26 pertama kali berhasil diuji pada tahun 2012, dan diperkirakan memiliki panjang 12 m dan berat 36 ton, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS). Dikatakan bahwa RS-26 dapat membawa hulu ledak nuklir seberat 800 kg.

RS-26 diklasifikasikan sebagai ICBM berdasarkan perjanjian pengurangan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia, tetapi dapat dilihat sebagai rudal balistik jarak menengah bila digunakan dengan muatan yang lebih berat pada jarak di bawah 5.500 km, kata CSIS.

"Serangan rudal Rusia menargetkan perusahaan dan infrastruktur penting di kota Dnipro bagian tengah-timur," kata angkatan udara.

Angkatan udara Ukraina tidak mengatakan apa yang menjadi sasaran ICBM atau apakah rudal itu menyebabkan kerusakan, tetapi gubernur daerah Serhiy Lysak mengatakan serangan rudal itu merusak sebuah perusahaan industri dan memicu kebakaran di Dnipro. Dua orang terluka.

Rusia juga menembakkan rudal hipersonik Kinzhal dan tujuh rudal jelajah Kh-101, enam di antaranya ditembak jatuh, kata angkatan udara Ukraina.

Aliansi militer NATO tidak segera menanggapi permintaan komentar. Komando Eropa AS mengatakan tidak ada informasi apa pun tentang laporan penggunaan ICBM dan merujuk pertanyaan ke Departemen Pertahanan AS.

"Jika benar, ini akan menjadi hal yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya dan merupakan penggunaan ICBM pertama di dunia. Bukan berarti hal ini masuk akal mengingat harga dan ketepatannya," tulis Andrey Baklitskiy dari Institut Penelitian Perlucutan Senjata PBB di X.

Pakar keamanan Jerman Ulrich Kuehn memposting: "Tampaknya Rusia hari ini menggunakan rudal balistik antarbenua dalam perang untuk pertama kalinya dalam sejarah, terhadap target sipil Dnipro."

Beberapa pakar militer mengatakan peluncuran ICBM, jika dikonfirmasi, dapat dilihat sebagai tindakan pencegahan oleh Moskow menyusul serangan Kyiv ke Rusia dengan senjata Barat minggu ini.

"Peluncuran ICBM tentu saja dapat dilihat sebagai isyarat yang mengancam, mungkin sebagai respons terhadap pencabutan pembatasan pada ATACMS dan Storm Shadow. Ini merupakan sarana pencegahan," kata seorang sumber militer Eropa.

Koresponden perang Rusia di Telegram dan seorang pejabat yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, Kyiv menembakkan rudal jelajah Storm Shadow Inggris ke wilayah Kursk Rusia yang berbatasan dengan Ukraina pada hari Rabu.

Kementerian Pertahanan Rusia, dalam laporan hariannya tentang kejadian selama 24 jam sebelumnya pada hari Kamis, mengatakan pertahanan udara telah menembak jatuh dua rudal jelajah Storm Shadow milik Inggris tetapi tidak menyebutkan lokasinya. Inggris sebelumnya telah membiarkan Ukraina menggunakan Storm Shadow di wilayah Ukraina.

Ukraina juga menembakkan rudal ATACMS AS ke Rusia pada hari Selasa setelah Presiden AS Joe Biden memberikan lampu hijau untuk menggunakan rudal tersebut, dua bulan sebelum ia meninggalkan jabatannya dan Donald Trump kembali ke Gedung Putih. Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa menurunkan ambang batas untuk serangan nuklir sebagai tanggapan terhadap berbagai serangan konvensional.


Trump mengatakan ia akan mengakhiri perang, tanpa menjelaskan bagaimana, dan mengkritik bantuan miliaran dolar untuk Ukraina di bawah Biden. Pihak yang bertikai yakin Trump kemungkinan akan mendorong perundingan damai - yang tidak diketahui telah diadakan sejak bulan-bulan awal perang - dan berusaha untuk mencapai posisi yang kuat sebelum negosiasi.

Moskow mengatakan penggunaan senjata Barat untuk menyerang wilayah Rusia yang jauh dari perbatasan akan menjadi eskalasi besar dalam konflik tersebut. Kyiv mengatakan pihaknya membutuhkan kemampuan untuk mempertahankan diri dengan menyerang pangkalan belakang Rusia yang digunakan untuk mendukung invasi Moskow pada Februari 2022. 

Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.