Panglima Komando Indo-Pasifik AS Sebut Konflik Timteng dan Ukraina Kurangi Stok Pertahanan Udara
Ilustrasi - Pentagon atau Gedung Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Foto: ANTARA/XinhuaWashington - Konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Ukraina memberikan tekanan pada persediaan pertahanan udara Amerika Serikat, kata Laksamana Samuel J. Paparo, Panglima Komando Indo-Pasifik AS, pada Selasa (19/11).
"Sampai tahun ini, ketika sebagian besar senjata yang digunakan adalah artileri dan senjata jarak pendek, saya telah menjawab 'tidak sama sekali'," kata Paparo dalam sebuah acara di Brookings Institution, ketika ditanya apakah konflik tersebut berdampak pada kesiapan pertahanan AS di kawasan Indo-Pasifik.
"Namun sekarang, dengan sebagian (rudal permukaan-ke-udara) Patriot yang telah digunakan, sebagian dari rudal udara-ke-rudal udara yang telah digunakan, kini telah menghabiskan persediaan dan, Anda tahu, untuk menjawab sebaliknya adalah tindakan yang tidak jujur," tambah Paparo.
Laksamana AS tersebut mengatakan bahwa konflik tersebut berdampak pada kesiapan negara adidaya itu untuk merespons di Indo-Pasifik.
Dia menggambarkan Indo-Pasifik sebagai "wilayah yang paling memberikan tekanan terhadap kuantitas dan kualitas amunisi". Selain itu, Paparo juga mengemukakan bahwa China merupakan "lawan potensial yang paling cakap di dunia ini".
Sebelumnya, Pemerintah China masih mengutarakan harapannya agar pihak-pihak yang terlibat dalam perang Ukraina dan Rusia dapat mewujudkan gencatan senjata dan deeskalasi.
"Posisi China terkait masalah Ukraina konsisten dan jelas yaitu mewujudkan gencatan senjata secepat mungkin dan mengupayakan penyelesaian lewat jalur politik sehingga memenuhi kepentingan semua pihak," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (18/11).
Lin Jian memaparkan, keharusan terbesar pada saat ini terkait konflik di Ukraina adalah mendorong deeskalasi sesegera mungkin.
Hal tersebut disampaikan menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Minggu (17/11) yang menyebut memberikan izin kepada Ukraina menggunakan sistem rudal taktis jarak jauh (army tactical missile system atau ATACMS) buatan AS untuk "serangan terbatas" ke dalam wilayah Rusia.
Berita Trending
- 1 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 2 Bayern Munich Siap Pertahankan Laju Tak Terkalahkan di Bundesliga
- 3 Dishub Kota Medan luncurkan 60 bus listrik baru Minggu
- 4 Kasdam Brigjen TNI Mohammad Andhy Kusuma Buka Kejuaraan Nasional Karate Championship 2024
- 5 Kampanye Akbar, RIDO Bakal Nyanyi Bareng Raja Dangdut Rhoma Irama di Lapangan Banteng
Berita Terkini
- Gunung Ibu Kembali Keluarkan Sinar Api Setinggi 350 Meter
- Nama-nama Calon Menteri Trump, dari Kepala FDA hingga Menteri Pertanian
- Presiden Prabowo Tertarik Belajar Perbesar Kapasitas SWF INA dari Uni Emirat Arab
- Banjir Rendam 4 Kecamatan di Kabupaten Bandung, 12.250 KK Terdampak
- Tanggul Jebol, Perumahan Garden City Periuk Terendam Banjir, Pemkot Tangerang Siapkan 3 Lokasi Pengungsian