Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pangan, Infrastruktur dan Manusia

Foto : ISTIMEWA

Sigit Supadmo Arif - Guru Besar Teknik dan Manajemen Irigasi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogjakarta

A   A   A   Pengaturan Font

Persoalan pangan saat ini menjadi persoalan yang sangat krusial dan selalu dibahas dalam terbitan beberapa harian nasional di akhir 2022, bahwa ketersediaan pangan juga berkaitan dengan akses masyarakat terhadap gizi, dan tengkes, dan angka Stunting anak-anak Indonesia. Data BPS dan berita tersebut secara tidak langsung juga menyebutkan bahwa Indonesia sangat rapuh menjaga kemandirian pangan secara nasional.

Ironí Diversifikasi dari Beras Ke Terigu 100 Persen Impor

Setelah 78 tahun RI Merdeka, kedaulatan pangan seperti yang dicita-citakan masih terlalu jauh untuk diraih dengan memberikan substitusi dan diversifikasi pangan pada masyarakat. Masyarakat lebih memilih gandum yang 100 persen diimpor menghasilkan tepung terigu, daripada menggunakan tepung-tepungan bahan pangan lokal sebagai substitusi pemenuhan karbohidrat. Padahal gandum merupakan bahan pangan yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri.

Sejak masa kolonial dan sampai pada masa kemerdekaan pemerintahan RI, impor tepung terigu mulai dilakukan pemerintah dan dari tahun ke tahun untuk memenuhi kebutuhan roti khususnya bagi masyarakat elite. Menurut catatan Kolonel Raden Mas Gonnie Soegondo dalam Ilmu Bumi Militer Indonesia-Volume 1 (1954:168), impor tepung gandum pada 1948 sebesar 63.223 ton; tahun 1949 sebanyak 68.617 ton; tahun 1950 sebesar 53.979 ton; dan tahun 1951 mencapai 126.231 ton (Petrik Matanasi 11 Januari 2020. https://tirto.id/ep9u) .

Setelah itu dari tahun ketahun impor gandum semakin lama semakin besar.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : M. Selamet Susanto
Penulis : M. Selamet Susanto

Komentar

Komentar
()

Top