Pangan Domestik Bisa Penuhi Program Makan Bergizi Gratis
Program Makan Bergizi Gratis
Foto: AntaraJAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) meyakini produksi pangan dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dibuat Presiden Prabowo, mengingat pada tahun 2025 tidak ada tantangan iklim yang mempengaruhi produksi hasil pertanian.
“Untuk di 2025, kami dari Kementan sangat optimistis karena pertama kita insya Allah tidak ada kemarau, kemudian kita sudah melakukan beberapa program seperti pompanisasi, optimalisasi lahan rawa, sehingga kita yakini untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis atau untuk mencukupi ketersediaan pangan kita,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Yudi Sastro, di Jakarta, Senin (11/11).
Seperti dikutip dari Antara, Yudi mengatakan Indonesia memiliki potensi produksi pangan yang besar karena saat ini ada 7,3 juta hektare lahan sawah, dan terus mengupayakan untuk menambah luas lahan itu di beberapa daerah.
Lebih lanjut, Yusi mengatakan saat ini pihaknya turut menggencarkan program intensifikasi di seluruh lahan baku sawah yang ada, dengan harapan bisa menaikkan produksi sebesar 0,2 ton per hektare. Ia mengungkapkan alasan produksi beras pada tahun 2023 yang sedikit menurun diakibatkan oleh fenomena alam El Nino, sehingga hal ini berdampak pada hasil produksi beras di Tanah Air.
Data BPS
Adapun merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras di Indonesia pada tahun 2023 yakni sebesar 31,10 juta ton. Angka ini dihitung dari produksi padi sebesar 53,98 juta ton gabah kering giling (GKG) yang dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk.
Sementara itu, Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (Bapanas), Nita Yulianis, menyampaikan guna menjaga produksi di tingkat produsen, pihaknya terus mengupayakan menjaga Nilai Tukar Petani (NTP) agar tetap stabil. Hal itu menjadi salah satu cara guna bisa mendukung program Makan Bergizi Gratis sekaligus mewujudkan swasembada pangan yang dibuat Presiden dalam Asta Cita-nya.
“Jika kita melihat data dari NTP, sejak 2022 NTP petani itu tidak pernah turun di bawah 100. Karena memang kita menjaga agar tidak di bawah harga pokok sehingga petani kita masih memiliki insentif dalam berproduksi.
Sehingga itu juga akan mendorong kemandirian pangan karena lebih banyak lagi yang akan berproduksi,” kata Nita. Selain itu, Nita menyatakan berdasarkan data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), selama periode 2023–2024 Indonesia menjadi negara keempat produsen beras terbanyak dengan proporsi impor terhadap kebutuhan hanya 1,4 persen, serta secara kumulatif mampu menyuplai 6 persen terhadap kebutuhan beras global.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Eko S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung