Orangtua Perlu Pahami MPASI
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati saat dijumpai di Jakarta Pusat, Jumat (25/10).
Foto: ANTARA/Lifia Mawaddah Putri.JAKARTA - Bangsa ini tengah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul untuk menyambut masa depan gemilang. Langkah ini perlu dibarengi dengan pembangunan manusia yang sehat. Salah satunya dengan member makanan pendamping untuk anak balita agar tidak menjadi stunting.
"Untuk menekan angka stunting Jakarta, para orangtua perlu memahami secara mendalam terkait pola pemberian Makanan Pendamping air susu ibu atau MPASI secara baik dan benar," tandas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jakarta, Ani Ruspitawati, Jumat (25/10).
Dia menjelaskan, stunting memang banyak penyebabnya, tidak hanya kekurangan gizi. Salah satu ternyata juga disebabkan ketidakpahaman orangtua tentang pola makan," jelas Ani.
- Baca Juga: Waspadai Potensi Banjir Rob
- Baca Juga: ASN Mesti Segera Susun Rencana Aksi
Dia juga mengimbau agar para orang tua tak sembarangan dalam memberikan MPASI. Ini demi menghindari buah hati menjadi stunting. Ini lebih-lebih jangan memberikan MPASI instan atau membeli MPASI siap makan yang tak memiliki izin.
Selain itu, orangtua juga perlu cermat dalam mengikuti konten-konten media sosial terkait pembuatan dan pemberian MPASI. Ani menjelaskan, untuk memberikan edukasi kepada para orangtua terkait pemberian MPASI, setiap Posyandu memiliki kegiatan bernama "Kelompok Pendidik Gizi."
Dalam kegiatan itu, orangtua bisa mendapatkan informasi terkait cara memilih makanan yang bernutrisi. Juga cara mengolahnya, termasuk cara menyuapi agar anak-anak mendapatkan nutrisi yang baik.
"Jadi, itu tujuannya adalah kita ingin pada akhirnya ada perubahan berlaku, sehingga perubahannya akan berjalan secara kuat, sustain, tidak naik turun berat badannya," tukas Ani. Menurut data Dinas Kesehatan Jakarta sepanjang Januari hingga Agustus terdapat 36.664 balita menghadapi masalah gizi.
Dari data tersebut, 26,74 persen atau 10.340 anak mengalami stunting. Ada juga anak mengalami gizi buruk dan kekurangan dalam berat badan. Kendati demikian, dari 10.340 kasus stunting, 5.969 anak sudah membaik dan 4.371 anak masih berjuang. Maka, Pemprov Jakarta berkolaborasi dengan berbagai pihak melalui program Jakarta Beraksi untuk mengurangi masalah stunting.
Prioritas
Menurut Ani, dinkes akan memprioritaskan program percepatan penurunan stunting pada tahun depan. "Dalam semua siklus hidup harus ada program kesehatannya. Itu prinsipnya," tandas Ani. Dia menjelaskan, siklus tersebut dari mulai dari ibu hamil, melahirkan, balita, remaja putri, dewasa produktif, dan lansia.
Adapun rencana kegiatan dan anggaran 2025 terdiri atas pemberian pangan keperluan medis khusus (PKMK) sebesar 22 miliar. Ini untuk 4.527 kasus stunting, pemberian makanan tambahan (PMT) terhadap kasus berat badan turun sebesar 10 miliar. Ini untuk 29.220 kasus.
Selanjutnya, PMT untuk berat badan di bawah standar 1,8 miliar untuk 3.629 kasus, PMT gizi kurang 3,7 miliar untuk 3.156 kasus, dan tatalaksana balita gizi buruk 2,5 miliar untuk 1.006 kasus.
Berita Trending
- 1 Harus Kerja Keras untuk Mewujudkan, Revisi Paket UU Politik Tantangan 100 Hari Prabowo
- 2 Kurangi Beban Pencemaran Lingkungan, Minyak Jelantah Bisa Disulap Jadi Energi Alternatif
- 3 Pemerintah Dorong Swasta untuk Bangun Pembangkit Listrik
- 4 Ayo Perkuat EBT, Presiden Prabowo Yakin RI Tak Lagi Impor BBM pada 2030
- 5 BPJS Ketenagakerjaan Apresiasi Menteri Kebudayaan Lindungi Pelaku Kebudayaan
Berita Terkini
- Seperti Apa Bentuk Bulog ke Depan? Ini Komentar Dirut Wahyu
- Pemberontak M23 Kongo Rebut Kota Minova
- Menlu RI- Wapres Yaman Bertemu, Bahas Perlindungan WNI dan Perdamaian Timteng
- Usut Tuntas Pagar Laut, Anggota Komisi IV Usulkan Bentuk Pansus
- PLN EPI Pasok 1,6 Juta Ton Biomassa untuk Co-firing PLTU Selama 2024