Operator 'Launcher Gantry' Ditetapkan Jadi Tersangka
Foto: ANTARAJAKARTA - Polres Metro Jakarta Timur menetapkan Ahmad Nasiki sebagai tersangka ambruknya launcher gantry di proyek double double track (DDT) kereta api di Jatinegara, Jakarta Timur.
Ahmad diduga melakukan kelalaian kerja karena tidak memperhatikan lingkungan kerja atau adanya pekerjaan lain di sekitarnya. Seharusnya saat pengangkatan bantalan DDT, kondisi di lingkungan sekitar proyek itu steril.
"Setelah diinvestigasi, siang ini kami tetapkan satu tersangka yang menyebabkan kecelakaan kerja sehingga menewaskan empat orang," ucap Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Tony Surya Putra, di Mapolres Jakarta Timur, Jumat (9/2).
Crane proyek Double Double Track (DDT) di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, ambruk Minggu (04/2). Alat berat yang ambruk tersebut menewaskan empat pekerja yang masih berada di lokasi kecelakaan.
Dua di antaranya meninggal di lokasi, sementara dua lainnya meninggal saat mendapatkan perawatan medis. Tony mengatakan, tersangka merupakan operator atau orang yang mengoperasikan alat launcher gantry yang ambruk itu.
Dari pemeriksaan, alat kerja yang digunakan ternyata dalam kondisi layak pakai. "Seharusnya saat alat launcher gantry beroperasi, di bawah tidak ada yang bekerja.
Operator harus memperingkatkan untuk mengosongkan lokasi mengantisipasi kejadian seperti itu. Kalau di bawah tidak ada pekerja, saya yakin tidak ada korban jiwa," kata Tony. Pihaknya akan melakukan pengembangan dan penyelidikan lebih lanjut untuk mencari kemungkinan tersangka lain.
Meski demikian, lanjutnya, pengerjaan proyek DDT di Jatinegara sudah berjalan normal kembali. "Garis polisi sudah kami lepas karena olah TKP sudah selesai. Namun, kami juga masih terus melakukan penyelidikan," ujarnya.
Belakangan ini sering kali terjadi kecelakaan kerja di proyek-proyek pembangunan infrastruktur. Seperti proyek-proyek jalan tol, proyek LRT, proyek jalur kereta double-double track hingga yang terbaru longsor di jalur Kereta Bandara.
Masih Diselidiki
Walaupun kepolisian telah menetapkan tersangka, tetapi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan penyelidikan melalui Komite Keamanan Konstruksi.
Penyelidikan bersifat evaluasi atas alat-alat yang digunakan dan sumber daya manusianya. "Ini semua, sementara ini sedang diselidiki, dievaluasi. Kita baru punya Komite Keselamatan Konstruksi," tuturnya di Padang, Sumatera Barat, Jumat.
Menurut Basuki, untuk peralatan memang usianya harus di bawah enam tahun, sementara SDM dipersyaratkan agar memiliki sertifikat. Dia memperkirakan kecelakaan terjadi lantaran kelelahan. Sebab sering kali terjadinya kelelahan di malam atau menjelang pagi.
"Tapi yang terbaru anjlok LRT itu (alatnya) belum diapain. Cuma pindah alat, tapi terjadi. Itu jam 5 pagi," tambahnya. Oleh karena itu, kemungkinan pemerintah akan memberikan relaksasi dengan tidak melakukan pekerjaan berat di malam hari.
"Mungkin akan kita relaksasi dulu kalau pekerjaan berat jangan pada saat malam hari. Kita akan ada relaksasi. Mungkin penerangannya kurang juga," kata Basuki. Meski begitu, dia mengaku tak sepakat jika seringnya kecelakaan kerja di proyek konstruksi lantaran banyak proyek yang dikerjakan dan kebut penyelesaiannya.
Sebab jika dibandingkan negara lain, Indonesia masih sedikit pembangunan infrastrukturnya. "Contoh, kita target lima tahun 1.000 km. Malaysia sudah berapa puluh ribu km dia punya.
Jangan kita ngomong Tiongkok, dia targetnya satu tahun 4.000 km. Jadi, pekerjaan kita ini masih belum banyak. Jadi, tidak ada hubungannya mempercepat pekerjaan dengan kecelakaan," tandasnya. eko/Ant/P-4
Redaktur: Khairil Huda
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 2 Rilis Poster Baru, Film Horor Pabrik Gula Akan Tayang Lebaran 2025
- 3 Tayang 6 Februari 2025, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Nyata yang Sempat Viral
- 4 Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Sebut JETP Program Gagal
- 5 Meksiko, Kanada, dan Tiongkok Siapkan Tindakan Balasan ke AS