Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Peninggalan Sejarah

Obelisk, Menara untuk Menghormati Dewa Matahari

Foto : afp/ Amir MAKAR
A   A   A   Pengaturan Font

Meskipun tetap dikaitkan dengan burung benu, obelisk tersebut semakin dikaitkan dengan Ra dan pemujaan matahari, terutama sejak Kerajaan Baru (sekitar 1570-1069 SM) dan seterusnya. Obelisk selalu didirikan berpasangan sesuai dengan nilai keseimbangan dan harmoni Mesir, diyakini bahwa dua di bumi tercermin oleh dua di surga.

Ahli Mesir Kuno Richard H Wilkinson menulis "Fenomena dualitas merasuki budaya Mesir dan merupakan inti dari konsep Mesir tentang alam semesta itu sendiri. Namun, alih-alih berfokus pada perbedaan mendasar antara dua bagian dari pasangan tertentu, pemikiran Mesir mungkin menekankan sifat saling melengkapi mereka sebagai cara untuk mengekspresikan kesatuan hakiki keberadaan melalui penyelarasan dan harmonisasi hal-hal yang berlawanan - seperti yang kita gunakan saat ini untuk menyebut 'pria dan wanita', 'tua dan muda', atau 'besar dan kecil' yang berarti 'semua' atau 'setiap orang'," tulis dia dalam Symbol & Magic in Egyptian Art (1994)

Dua obelisk tersebut didirikan untuk menghormati prestasi seorang raja/ratu besar, tetapi juga berfungsi untuk menghormati para dewa atau, lebih sering, dewa tertentu. Pada periode Kerajaan Baru, obelisk tersebut dianggap dihuni oleh roh dewa yang didirikannya dengan cara yang sama seperti dewa yang dianggap benar-benar tinggal di kuilnya.

Thutmose III (1458-1425 SM) dari Kerajaan Baru melembagakan ritual upacara persembahan kepada obelisk dengan cara yang sama seperti persembahan dibawa ke kuil dan praktik ini berlanjut hingga Periode Ptolemeus (323-30 SM), periode terakhir yang memerintah Mesir sebelum dianeksasi oleh Roma.

Firaun Kerajaan Baru mendirikan lebih banyak obelisk daripada yang lain dengan keyakinan bahwa mereka akan tetap hidup melalui monumen-monumen ini karena persembahan akan terus dibawa kepada mereka setelah kematian mereka. Obelisk-obelisk tersebut kemudian mewakili dewa yang hidup, vitalitas dan keabadian firaun, serta konsep dualitas dan keseimbangan. Tidak peduli siapa atau apa lagi yang mereka peringati, mereka ditinggikan dan diposisikan dengan hati-hati sehingga cahaya pertama dan terakhir hari akan menyentuh puncaknya untuk menghormati dewa matahari.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top