Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Nasib Pengungsi Rohingya, Bagaimana Dehumanisasi Terjadi di Media Sosial

Foto : ANTARA/Irwansyah Putra

Para pengungsi imigran Rohingya yang terdampar di pantai Lamreh Kabupaten Aceh Besar masih menempati Balee Meurseuraya Aceh (BMA) di Banda Aceh, Aceh, Selasa (12/12/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Hal ini setidaknya pernah terjadi di Turki. Berita bohong dan rasisme digital mewarnai sosial media masyarakat Turki saat kedatangan pengungsi dari Suriah. Hal yang sama juga terjadi di Inggris, Denmark, dan Kanada saat krisis pengungsi terjadi di Eropa.

Mempopulerkan aksi sosial

Pendapat individual pengguna media sosial patut menjadi perhatian karena lama kelamaan dapat menjadi pemahaman kolektif mengenai asal muasal pengungsi Rohingya dan mengapa mereka bisa sampai ke Indonesia. Pemahaman tersebut dapat memengaruhi sentimen masyarakat luas dan keputusan mereka untuk menerima dan membantu pengungsi atau menolaknya.

Produksi dan perputaran informasi yang jauh dari akurat dapat melahirkan kesalahpahaman dan sentimen. Ini kemudian dapat berujung pada penolakan, aksi berbau rasisme dan antiimigran, dan lebih jauh lagi, berpotensi menyebabkan konflik sosial di tengah masyarakat yang pada akhirnya mengganggu stabilitas nasional.

Sayangnya, diskusi yang terjadi di media seringkali luput dalam manajemen krisis pengungsi di level nasional maupun internasional. Pemerintah dan organisasi internasional sangat lamban, bahkan cenderung membiarkan, dalam memberikan narasi umpan balik untuk merespons disinformasi seputar pengungsi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top