Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Nasib Pedagang Batu Giok Myanmar yang Terjepit antara Junta dan Pemberontak

Foto : AFP

Bisnis Meredup l Sejumlah perempuan sedang merangkai manik-manik dari batu giok di sebuah bengkel di wilayah Sagaing, Myanmar, pada 10 Oktober lalu. Setelah terjadinya kudeta dan terjadinya pertempuran antara militer dan pasukan pemberontak di tambang-tambang batu giok ini, bisnis batu yang amat berharga ini kini meredup dan kehilangan kemilaunya.

A   A   A   Pengaturan Font

Selama berbulan-bulan sejak terjadinya kudeta, industri batu giok di Myanmar yang bernilai miliaran dollar AS, kini kehilangan kemilaunya. Situasi sulit pun dihadapi pedagang batu giok yang terpaksa harus melarikan diri dari pasukan junta dan menghindari serangan pemberontak untuk menjual batu permata hijau yang jumlahnya semakin berkurang.

Myanmar terperosok dalam kekacauan sejak terjadi kudeta pada Februari lalu, dimana militer berusaha untuk menghancurkan setiap aksi protes demokrasi yang meluas dan mengatasi krisis ekonomis.

Pertempuran di sekitar tambang batu giok Hpakant di Negara Bagian Kachin utara yang merupakan pertambangan batu giok terbesar di dunia, semakin mempersulit upaya penggalian batu yang amat berharga ini yang sudah terhambat oleh pandemi. Semua itu telah menghambat pasokan salah satu ekspor paling menguntungkan bagi Myanmar.

Saat ini Myanmar adalah sumber batu giok terbesar di dunia. Industri pertambangan batu giok sebagian besar dipacu karena permintaan yang tak pernah habis terhadap batu yang amat berharga ini dari negara tetangganya yaitu Tiongkok.

Sebagian besar batu giok ini melewati Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar dimana di kota ini terdapat kuil Buddha Kyauksein yang memiliki pagoda setinggi 23 meter yang dibangun dengan menggunakan ribuan kilogram batu mulia. Saat ini kompleks kuil itu sepi. Hanya segelintir umat saja yang datang untuk berdoa di kuil yang luar biasa ini.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top