Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 06 Jan 2025, 01:30 WIB

Pengembangan Pertanian yang Hemat Air Harus Diperluas

Swasembada Pangan I IPHA Akan Diterapkan di Seluruh Indonesia Karena Ini Salah Satu Solusi Menghemat Air

Foto: antara

JAKARTA – Berbagai langkah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi beras nasional guna mendukung tercapainya swasembada pangan 2027.

 Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) siap membuat dan memperbaiki jaringan irigasi di sejumlah daerah optimasi lahan. Selain itu, pemerintah juga akan menerapkan teknik Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) setelah sukses dioperasikan dalam percontohan di daerah irigasi Rentang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Dengan teknik baru ini, pemakaian air berkurang tapi produksi gabahnya bisa naik 2 ton. “Irigasi padi hemat air rencananya diterapkan di seluruh Indonesia karena ini salah satu solusi bahwa hemat air pun bisa maksimal hasilnya,” kata Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo saat meninjau lokasi percontohan irigasi padi hemat air, di Daerah Irigasi Rentang, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (4/1).

Metode IPHA adalah teknik budi daya padi dengan sistem pengelolaan tanaman, air, dan tanah. Tujuannya meningkatkan penggunaan air yang efektif, efisien dan proporsional, meningkatkan luas areal pertanaman terutama saat musim kemarau, serta meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

 Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU, Bob Arthur Lombogia mengatakan penerapan IPHA dapat menghemat penggunaan air sebanyak 30 persen. “Hanya butuh benih 10 kilogram per hektare, dan hemat waktu, panennya lebih cepat karena ditanam bibit muda. Hasilnya dapat meningkatkan produksi hingga 11 ton per hektare,” kata Bob.

Pertanian Adaptif

 Pengamat pertanian Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Warmadewa (Unwar), Denpasar Bali, Dr. I Nengah Muliarta mengatakan Pemerintah memang perlu mendorong sistem pertanian yang adaptif terhadap masalah iklim. Hal itu tak hanya pada sistem irigasi tetapi juga penggunaan varietas yang tahan kekeringan Di masa datang, kekurangan air menjadi ancaman serius erhadap produktivitas pangan.

Oleh kerena itu, pengembangan pertanian yang hemat air perlu diperluas di banyak daerah. Inovasi pertanian perlu ditingkatkan.

 “Pemerintah perlu mengembangkan strategi adaptasi yang efektif untuk membantu petani beradaptasi dengan perubahan iklim. Ini juga bagian dari pertanian yang berkelanjutan,” tegas Muliarta Pertanian adaptif itu terangnya termasuk penelitian tentang varietas tanaman yang tahan terhadap cuaca ekstrem dan peningkatan sistem irigasi untuk menghadapi kekeringan.

 “Kesadaran dan pendidikan tentang praktik pertanian berkelanjutan juga sangat penting,”ucap Muliarta Petani wajib memilih varietas tanaman yang memiliki ketahanan terhadap kekeringan, atau toleransi yang lebih baik terhadap kekurangan air.

Pilihlah tanaman yang membutuhkan sedikit air atau memiliki efisiensi penggunaan air yang tinggi. Tanaman yang membutuhkan lebih sedikit air akan lebih mampu bertahan dalam kondisi kekeringan. Jika memungkinkan, tingkatkan efisiensi penggunaan air melalui teknik irigasi yang tepat, seperti irigasi tetes atau irigasi berkebun.

Adapun teknologi irigasi tetes merupakan solusi brilian untuk mengatasi kekurangan air. Melalui sistem ini, air dialirkan langsung ke akar tanaman dengan selang atau pipa kecil. Metode ini mampu menghemat air hingga 50- 90 persen dibandingkan irigasi konvensional.

 Penyerapan air yang optimal juga meningkatkan hasil panen hingga 20-30 persen. Pakar pertanian dari Universitas Jember, Ihsannudin mengatakan, teknik IPHA bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan pengairan dalam pertanian. Namun ia mengingatkan agar Kementerian PU tetap memperhatikan pembenahan sarana irigasi untuk mengatasi water loss. “IPHA dasarnya adalah teknik efisiensi penggunaan air dalam budi daya padi serta teknik dalam penanamannya.

Memang padi itu bukan tanaman air, tetapi tanaman yang memerlukan air. Sehingga kebutuhan air dalam kondisi “nyemeknyemek” di lahan memang itu yang diperlukan. Selain karena efisiensi air, IPHA juga justru memberikan ruang untuk pertumbuhan akar (karena tak terhalang air) serta mereduksi loss saat pemupukan.

Maka perlu pendampingan penyuluh pertanian dalam penanaman, ada metode jajar legowo yang juga lebih efisien. Demikian pula pencegahan beberapa perlakuan penanaman yang tidak baik seperti memotong ujung tanaman saat tanam, usia benih optimal saat tanam dan lain-lain.

 Kementerian PU perlu lebih mencermati pada irrigation water loss yang terjadi. Selain itu, local value yang telah ada di masyarakat perlu tetap dilestarikan karena selain menjadi budaya bangsa, juga telah terbukti mampu memberikan sumbangsih. Subak di Bali misalnya, ini bukan hanya sekadar fasilitas irigasi namun juga menyangkut kelembagaan/ pranata tata kelola. Ada juga Mitra Cai di wilayah Sunda, Dharma Tirta di Jateng, atau Hippa (himpunan petani pemakai air) di Jatim,” tuturnya.

Redaktur: M. Selamet Susanto

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.