Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 26 Okt 2019, 05:00 WIB

Nadiem Anwar Makarim: Fokus Pendidikan Berbasis Kompetensi & Karakter

Foto: ANTARA/WAHYU PUTRO A

Sebelum diputuskan sebagai Mendikbud, pemanggilan Nadiem mendapat perhatian khusus karena dia masih cukup muda. Setelah pria berusia 35 tahun tersebut diumumkan sebagai Mendikbud, banyak pihak meragukan kemampuannya dalam mengemban tugas. Keraguan muncul karena dia sukses mengelola bisnis, tapi di bidang pendidikan dan kebudayaan justru belum banyak yang dilakukan.
Untuk mengetahui apa saja yang akan dilakukan jajaran pimpinan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ke depan, wartawan Koran Jakarta, Muhamad Marup berkesempatan mewawancarai Mendikbud, Nadiem Anwar Makarim, di Jakarta, Rabu (23/10). Berikut petikan selengkapnya.

Bagaimana perasaan Anda setelah terpilih menjadi Mendikbud?


Jujur saya tidak mengira akan bekerja di pemerintahan. Sebelumnya saya merasa diri saya akan terus bergiat di sektor sosial dan privat. Sudah sejak lama juga saya pertimbangkan dan ingin banget memecahkan berbagai macam masalah di Indonesia.

Surprise tentu saja, tapi tidak berlebihan juga karena setahun ini sebenarnya sudah kenal dengan Presiden Joko Widodo dan kalau ngobrol berbagai macam topik, ujungnya ke pendidikan lagi. Membahas semua masalah, ujungnya solusi itu ke masa depan yang bisa permanen yaitu di generasi berikutnya.

Saya bawa semangat yang luar biasa dengan pendidikan karena merupakan potensi penyelesaian terbesar. Memang kalau bicara dampak bukan sekarang, tapi ke depan. Alasan saya menerima jabatan dan amanah ini padahal begitu besar dan berat karena cara paling efektif buat saya untuk mentransformasi suatu negara melalui pendidikan dan generasi berikutnya. Itu jadi yang terpenting.

Bagaimana cara meningkatkan kualitas generasi di masa mendatang?


Salah satunya dengan mengubah mindset generasi yang berikutnya. Indonesia akan semakin maju di panggung dunia. Itu adalah visi terbesar dari Presiden Joko Widodo yang dibawakan. Kalau melihat semua negara, termasuk kita juga melakukan hal yang sama. Semua masalah di bidang lainnya itu bisa dipecahkan dengan kualitas generasi masa depan kita.

Apa gagasan besar Anda dalam menjalankan peran sebagai Mendikbud?


Kalau ada satu tema yang selalu saya gaungkan adalah prinsip gotong royong. Itu menjadi salah satu hal yang unik di Indonesia karena bagian dari adat kita dari dulu sampai sekarang.

Gotong royong jadi sebuah asas dan value yang akan saya bawa ke dalam semua aktivitas dan interaksi, baik di level kementerian maupun kementerian lain, bahkan sekolah, guru, dan pemerintah daerah. Semua asas gotong royong ini akan menjadi kata kunci di perjalanan kita bersama.

Apa rencana dan target Anda selama 100 hari kerja?

Saya tidak punya rencana sama sekali. Rencana saya 100 hari adalah saya akan duduk, mendengar, dan berbicara dengan pakar-pakar di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Mereka telah bertahun-tahun memberikan dampak pada kualitas pendidikan Indonesia dan saya belajar dari mereka.

Selama 100 hari pertama saya akan mengerjakan apa aspirasi saya untuk semua siswa di seluruh Indonesia yaitu belajar. Jadi saya berada di sini untuk menjadi murid bukan menjadi guru. Orang-orang yang bekerja sama dengan saya di Kemendikbud jadi ujung tombak terpenting masa depan Indonesia.

Saya di sini boleh dibilang mulai dari nol. Maka dari itu saya akan belajar sebanyak-banyaknya selama ini. Tapi jangan khawatir selama ini saya juga sudah mempersiapkan diri. Jadi banyak pekerjaan rumah yang sudah saya kerjakan.

Apa yang bisa Anda pelajari dari menteri sebelumnya?

Ada banyak hal yang baik sekali yang telah dilakukan menteri sebelumnya, baik Mendikbud, Muhadjir Effendy dan karena pendidikan tinggi juga sekarang gabung tentu saja Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M Nasir. Mereka telah melakukan banyak terobosan yang akan saya lanjutkan dan tingkatkan.

Saya ucapkan terima kasih atas effort dan perkembangan yang telah mereka lakukan. Ke depan akan saya ganggu terus mereka karena saya masih butuh mentor untuk membantu saya menjadi pemimpin yang lebih baik.

Bagaimana pendapat Anda terkait penggabungan pendidikan tinggi di Kemendikbud?

Tentu itu jadi tantangan juga karena di bawah saya bukan hanya Kemendikbud saja, tapi juga digabung dengan pendidikan tinggi. Tapi itu tentu saja positif dan baik. Semua terintegrasi dan seluruh strategi akan terpadu.

Apa lagi hal-hal yang akan jadi tantangan ke depannya?

Tantangan dari skala karena sistem pendidikan kita itu empat terbesar di dunia karena jumlah murid, guru, dan daerahnya banyak. Bagi Indonesia skala size merupakan tantangannya. Selain itu belum terlalu banyak perubahan selama 20 sampai 30 tahun terakhir.

Tadi Anda menyebut soal mental. Apa pendidikan karakter jadi fokus?

Pasti. Dengan pendidikan karakter para siswa bisa disiplin dan bisa menerima setiap pembelajaran. Tentu itu jadi yang utama. Karakter dan kompetensi di sekolah itu keduanya yang harus terus ditekankan untuk para siswa ke depan.

Harapan saya ke depan adalah untuk menciptakan suatu pendidikan yang berbasis kompetensi dan karakter karena itu luar biasa pentingnya untuk kita. Semua itu awalnya dari guru. Jadi baik dari sisi kapabilitas dan kesejahteraan guru itu adalah suatu hal yang terpenting karena murid itu hanya bisa sebaik gurunya.

Terkait kesejahteraan guru, cara menyelesaikan masalah guru honorer seperti apa?

Memang saya belum mendengar secara langsung kondisi guru honorer kita. Untuk itu saya ke depan akan konsolidasi dulu dengan mereka terkait kondisi yang dihadapi. Bukan hanya guru honorer saja, tapi semua guru. Nanti akan kita konsolidasi.

Anda terkenal dalam pemanfaatan teknologi untuk bisnis, untuk sektor pendidikan akan seperti apa?

Tentu teknologi akan kita maksimalkan. Indonesia punya sekitar 300 ribu sekolah dan 50 juta murid. Jadi mau tidak mau peran teknologi akan sangat besar di dalam semuanya. Mulai dari kualitas, efisiensi, dan administrasi sistem pendidikan sebesar ini. Kita harus mendobrak dan berinovasi. Sudah pasti peran teknologi akan terlibat.

Dalam bentuk apanya belum pasti, yang penting kita mulai bukan dari aksi, tapi kita baiknya belajar dulu dari semua stakeholder yang ada. Tapi tidak akan makan waktu lama, tapi step pertama jangan beri solusi dulu. Maka langkah awal baiknya belajar dulu kondisi lapangan seperti apa. Bagaimana kondisi sekolah, kondisi murid itu seperti apa. Administrasi dan birokrasi seperti apa. Dari situ kita temukan solusi dari teknologi maupun non-teknologi yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan.

Anda bukan dari sektor pendidikan, apa itu berpengaruh?

Saya terpilih meski bukan dari sektor pendidikan karena satu, saya lebih mengerti apa yang akan ada di masa depan kita. Itu yang pertama karena saya bidangnya di dalam bidang masa depan, termasuk bisnis saya sebelumnya.

Kaitannya dengan pendidikan?

Tentu saja karena ada kebutuhan lingkungan lapangan pekerjaan di masa depan itu sangat berbeda dan akan selalu berubah. Maka itu link and match dari yang Presiden Joko Widodo bilang kemarin. Saya akan mencoba apa yang dilakukan di institusi pendidikan menyambung kepada apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan agar bisa adaptasi dengan segala perubahan itu.

Dari rapat kerja, DPR menyebut ada anggaran dan nilai serap yang kurang baik dari Kemendikbud. Apa solusinya?

Saya belum bisa komen karena belum saya dalami. Tapi tentunya optimasi dari budget APBN dana pusat maupun dana luar itu penting sekali. Selain itu kita harus memastikan pembayar pajak semua rupiah yang kita keluarkan harus ada return dan benefit pada negara.

Dari total anggaran Kemendikbud hanya mengelola sebagian, sedangkan sebagian lagi ditransfer ke daerah. Makanya harus gotong royong. Daerah juga punya peranan dan menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Bagaimana Anda menyikapi amanah yang diberikan ini?

Amanah ini akan saya ambil sangat serius karena tantangannya luar biasa. Mohon dukungan dan bantuan dari generasi milenial untuk berbagai inovasi yang telah dilakukan. Selain itu, saya mohon satu hal bagi semua rekan kerja di Kementerian mohon sabar dengan saya. Meski bukan dari latar belakang pendidikan, tapi saya murid yang cukup baik dan terbiasa belajar cepat.

Anda resmi meninggalkan Go-Jek, bagaimana perasaan Anda?

Sebenarnya saya berat hati meninggalkan Go-Jek yang sudah saya anggap anak atau keluarga saya. Saya akan melakukan perpisahan juga bersama perwakilan driver dan pegawai lain. Saya sangat sedih itu karena mereka keluarga saya.

Seberapa lama Anda akan belajar?

Secepatnya. Saya cepat kok belajarnya.

N-3

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.