Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Muslim Prancis Semakin Resah! Capres Le Pen yang Larang Muslim Gunakan Jilbab Justru Semakin Disukai

Foto : AP Photo/Daniel Cole

Marine Le Pen Berbicara dengan Seorang Wanita saat Berkampanye di sebuah Pasar di Pertuis.

A   A   A   Pengaturan Font

Pemilihan Presiden (Pilpres) Prancis menjadi kian menantang bagi pemilih yang memiliki latar belakang imigran dan kelompok minoritas, khususnya perihal agama, setelah wacana kampanye yang cenderung menggambarkan mereka sebagai "pihak lain" telah berkembang di sebagian besar masyarakat Prancis.

Marine Le Pen, capres dari kelompok sayap kanan mengakhiri kampanye yang menurut para pakar didominasi oleh wacana diskriminatif yang menargetkan imigran dan umat Islam di Prancis. Setelah dirinya melarang simbol agama di publik, termasuk melarang perempuan Muslim untuk mengenakan Jilbab, bahkan menetapkan denda.

AP merangkum, Partai National Rally yang menaungi Le Pen, memiliki sejarah hubungan dengan neo-Nazi, penyangkal Holocaust, dan milisi yang menentang perang kemerdekaan Aljazair dari kolonial Prancis. Namun, Le Pen telah menjauhkan dirinya dari masa lalu itu dan melunakkan citra publiknya.

Kendati demikian, prioritas utama L e Pen dalam kampanyenya tetap lebih memprioritaskan tunjangan kesejahteraan warga negara Prancis daripada kelompok imigran. Hal ini juga turut membuat Le Pen dinilai melembagakan diskriminasi.

Walau kalah dengan mudah pada pemilu 2017. Kini Le Pen, telah secara signifikan mempersempit kesenjangan dukungan publik dibandingkan dengan jumlah suara yang dia peroleh pada Pemilu sebelumnya. Kala itu Le Pen kalah setelah hanya berhasil meraup 34 persen suara warga Prancis, jauh tertinggal dari perolehan suara Macron sebesar 66 persen.
Halaman Selanjutnya....


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top