Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lebih dari 74 Persen Warga Prancis Nilai Macron Abaikan Hasil Pemilu

Foto : ANTARA/Wahyu Putro A

Ilustrasi - Menara Eiffel di Paris, Prancis.

A   A   A   Pengaturan Font

Moskow - Sebanyak 74 persen warga Prancis percaya bahwa Presiden Emmanuel Macron telah mengabaikan hasil pemilihan legislatif dengan menunjuk Michel Barnier sebagai perdana menteri, demikian hasiljajak pendapat lembaga Elabe.

Survei yang dilakukan untuk stasiun televisi BFMTV yang disiarkan pada Jumat (6/9) itu juga mengungkapkan, 40 persen responden menganggap Barnier sebagai pilihan yang tepat untuk Prancis, sedangkan 29 persen tidak setuju dan 31 persen ragu-ragu mengenai masalah ini.

Selain itu, jajak pendapat itu juga menemukan bahwa 52 persen responden percaya bahwa perdana menteri baru akan mampu membentuk pemerintahan yang mampu menghadapi berbagai kekuatan politik, sedangkan 50 persen responden berpendapat bahwa Barnier pasti akan menghadapi mosi tidak percaya.

Sebagian besar dari 76 persen responden percaya bahwa Macron harus memberikan kebebasan maksimal dalam pengambilan keputusan kepada perdana menteri baru.

Sekitar separuh responden Perancis berpendapat Barnier harus fokus pada peningkatan daya beli warga Perancis. Sementara 33 persen ingin Perdana Menteri baru memprioritaskan keamanan negara, 30 persen ingin prioritas terhadap layanan kesehatan, serta 30 persen fokus kepada perihal migrasi.

Jajak pendapat tersebut dilakukan pada 5-6 September dengan sampel yang mewakili 1.007 orang dewasa Perancis.

Michel Barnier adalah politisi sayap kanan yang diangkat Macron sebagai Perdana Menteri dalam kabinet Prancis 60 hari setelah pemilihan parlemen yang dimenangkan koalisi sayap kiri diadakan dinegara itu.

Pria berusia 73 tahun ini merupakan politisi Prancis tertua yang menjalankan jabatan ini, menggantikan Gabriel Attal yang berusia 35 tahun yang dianggap sebagai politisi termuda.

Barnier selama beberapa tahun juga telah memimpin delegasi Uni Eropa dalam negosiasi dengan Inggris mengenai kepergian negara kerajaan tersebut dari blok regional itu.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top