Muhammadiyah Merasa Seperti Ayah dan Ibu Bagi Pemerintah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Foto: IstimewaYOGYAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir bersyukur atas kuatnya sinergi Muhammadiyah dengan setiap elemen pemerintah dari tingkat bawah hingga pusat.
Haedar sekaligus mengingatkan agar setiap anggota Persyarikatan terus menjaga sinergi positif itu dengan tetap membawa marwah dan identitas maju gerakan Muhammadiyah.
"Pertama karena Muhammadiyah itu ikut mendirikan republik ini. Siapapun pemerintahnya Muhammadiyah ini seperti ayah ibu dari republik ini. Dan sebagai ayah ibu kan harus berjiwa besar, lapang hati seperti dalam Kepribadian Muhammadiyah. Kemudian mengayomi. Yang baik kita dukung, yang tidak baik kita luruskan sesuai dengan Kepribadian Muhammadiyah. Dan Muhammadiyah melakukan peran itu. Termasuk dengan pemerintah sampai ke Pusat," ucap Haedar dikutip dari rilis PP Muhammadiyah, Senin (27/9).
Haedar kemudian mengingatkan agar hak soal perbedaan politik setiap warga negara tidak dibawa dalam kehidupan Persyarikatan.
"Kita memilih itu kan lima menit dalam TPS. Tapi dampaknya jangan dibawa di Muhammadiyah. Kalau sudah kembali ke Muhammadiyah ya sudah, selesai. Tinggal kawal pemerintah bawah sampai pusat itu supaya tetap di dasar konstitusi, menjalankan kebaikan publik, mementingkan rakyat, bangsa dan negara," pesan Haedar.
"Kalau ada menyimpang dan tidak sesuai, Muhammadiyah selalu memberikan peringatan, masukan baik secara terbuka maupun langsung. Itu cara Muhammadiyah. Dan ini jangan dipakai tolok ukur dengan pihak lain atau tokoh lain. Muhammadiyah punya caranya sendiri. Kalau tokoh lain, pihak lain, organisasi lain caranya berbeda, ya sudah, itu caranya mereka. Tapi jangan itu jadi tolok ukur Muhammadiyah," imbuhnya.
Pesan ini disampaikan Haedar agar Persyarikatan tetap berada di khittahnya yakni berada di politik kebangsaan, bukan politik praktis.
"Kami ini membangun Muhammadiyah sungguh-sungguh berdasarkan AD/ART, Mukadimah Anggaran Dasar, Matan Keyakinan, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup Islami, Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah dan semua pemikiran yang menjadi garis Persyarikatan dan kami tahu itu," tegas Haedar.
"Maka jangan dibawa kemana-mana dengan tolok ukur tokoh lain, cara lain. Nanti Muhammadiyah (dibilang) lembek. Ya lembek karena pakai ukuran yang keras-keras dari lain. Padahal bagi yang lain Muhammadiyah itu keras karena yang dipakai ukuran adalah orang lain yang serba lunak dan oportunis misalkan. Makakhairul umuriawsatuhadan kami berdiri tegak di atas prinsip itu," pungkasnya.
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia