Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
GAGASAN

Merindukan Kartini Masa Kini

Foto : KORAN JAKARTA/ONES
A   A   A   Pengaturan Font

Irwan Abdullah (1997) mengatakan, proses migrasi dari domestik-publik, perempuan harus mengeluarkan "biaya ideologis yang begitu besar". Tugas perempuan atau ibu di wilayah domestik harus ditinggalkan ketika terjun ke publik. Ironisnya, publik menghargai ibu dan perempuan secara umum bukan karena kualitas intelektual, apalagi moral, tetapi lebih pada aspek biologis dan kemolekan.

Mereka bisa masuk dalam dunia kerja baik televisi maupun sekretaris perusahaan atau menjadi SPG karena tubuh moleknya. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan menjadi salah satu penyebab penghargaan terbatas darai sisi fisik. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise, mengatakan (2017) penduduk Indonesia sekitar 255 juta di mana hampir 50 persennya perempuan.

Ada 65 persen pada usia produktif, tetapi belum berperan optimal karena kualitas hidup dan tingkat pendidikan yang rendah. Dalam ranah privat, perempuan masih selalu menjadi korban. Indonesia negara dengan angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun 2007, Laporan Survie Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan dari setiap 100 ribu kelahiran hidup di Indonesia, terdapat 102 ibu meninggal saat melahirkan.

Tahun 2012 angka tersebut naik menjadi 359 per 100 kelahiran. Pemahaman dan perhatian yang minim pada kesehatan kaum perempuan menjadi faktor dominan sehingga menjadi korban. Begitu juga dengan pola intraksi antara orangtua dan balita menunjukkan kualitas yang buruk. Berdasarkan kajian PPPA bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (2016) menunjukkan, aktivitas balita bersama orangtua lebih banyak untuk makan. Kegiatan untuk membaca buku cerita hanya13,48 persen.

Sebagian besar untuk menonton televisi (66 persen). Dengan demikian, cita-cita Kartini untuk memerdekakan kaum perempuan masih butuh perjuangan panjang. Meneruskan cita-citanya berarti melaksanakan impian untuk perempuan yang cerdas, mandiri, dan kreatif. Dengan begitu mampu menanamkan nilai-nilai moral bagi anak.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top