![Menyikapi HOTS dalam UN 2019](https://koran-jakarta.com/images/article/phpbgv9lk_resized.jpg)
Menyikapi HOTS dalam UN 2019
![Menyikapi HOTS dalam UN 2019](https://koran-jakarta.com/images/article/phpbgv9lk_resized.jpg)
Maka, dalam konsep HOTS, proses belajar mengajar sekolah tidak boleh cuma menekankan pada aspek hafalan (memorizing). Dengan demikian, berbagai pengetahuan yang diajarkan sekolah tidak cukup sebatas mampu diingat oleh para siswa, tetapi harus pula mampu diterapkan oleh para siswa dalam kehidupan nyata.
Pada saat yang sama, siswa juga perlu didorong untuk senantiasa berpikir kritis sehingga mampu memutuskan yang harus dilakukan (Norris & Ennis, 1989). Mereka dapat melakukan penalaran, bertanya, mengobservasi, menjelaskan, dan membandingkan. Siswa bisa menghubungkan, menemukan permasalahan maupun menjajaki berbagai pandangan (Barahal, 2008). Di samping itu, mereka mampu pula mengenali kredibilitas sumber informasi, membedakan asumsi, generalisasi, maupun bias (Collins, 2014).
Dalam konsep HOTS pula, kemampuan pemecahan masalah (problem solving) menjadi salah satu yang perlu ditekankan dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa harus dilatih untuk mampu melahirkan solusi-solusi yang mungkin atas aneka persoalan kehidupan.
Tantangan Guru
Di tengah banyak pihak yang mempertanyakan mulai dimasukkannya materi ujian berkategori HOTS, tidak sedikit pula yang mengapresiasi langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut karena berani membuat terobosan dengan menaikkan tingkat kesulitan materi UN. Dengan begitu, sebagian materinya tak sekadar berada di level hafalan, tetapi juga kemampuan berdaya nalar tingkat tinggi.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya