Menyelamatkan Situs Majapahit
Sangat Bernilai
Jangan lupa pula, bangsa-bangsa Eropa, tahu betapa bernilainya situs Trowulan sehingga merekapun juga tertarik untuk meneliti dan mengapresiasi. Peneliti pertama adalah Wardenaar pada tahun 1815 atas instruksi gubernur Thomas Raffles. Hasil penelitian Wardenar kemudian ikut dicantumkan dalam buku "History of Java" (1817). Dalam buku itu diantaranya ditulis "situs Trowulan, terletak 60 kilometer barat daya Kota Surabaya, mungkin merupakan ibu kota kerajaan Majapahit. Di kawasan seluas 11 kilometer x 9 kilometer, telah ditemukan sedikitnya 32 kanal, satu kolam seluas lebih kurang 6,5 hektar, serta dua pintu gerbang; Gapura Bajangratu dan Gapura Wringin Lawang. Selain itu, ditemukan permukiman dan pendapa kuno, candi Hindu dan Buddha, seperti Candi Brahu, Candi Tikus, dan Candi Gentong. Sebagai bekas ibu kota, di Situs Trowulan memang terdapat ratusan ribu peninggalan arkeologis baik berupa artefak, ekofak, serta fitur berbagai obyek arkeologis"
Kemudian banyak peneliti lain mengikuti jejak Wardenar, seperti WR van Hovell (1849), JVG Brumund, dan Jonathan Rigg. Kemudian RDM Verbeek (1889), RAA Kromodjojo Adinegoro seorang Bupati Mojokerto (1849-1916), J Knebel (1907), dan kemudian Henry Maclaine Pont (1921- 1924). Yang menarik menurut Maclain Pont, Ibu Kota Majapahit di Trowulan berulang kali tertimpa debu gunung berapi sehingga bekas ibu kota yang menjadi saksi Kejayaan Majaphit dari tahun 1293 hingga 1521 Masehi.itu makin tertimbun di dalam tanah.
Niat pemerintah (sejak era SBY) hendak "menghidupkan" lagi Ibu Kota Majapahit dalam skenario Majapahit Park, sebenarnya mulia, apalagi dana yang disiapkan konon mencapai 25 miliar rupiah. Namun tujuan mulia tidak cukup. Apalagi keberadaan benda-benda bersejarah dalam bentuknya yang masih orisinal sesungguhnya tidak bisa diukur dengan nilai uang, karena memang tak terhingga nilainya.
Maka jika proyek Majapahit Park hendak dilanjutkan, pemerintah jangan menyelesaikan sendiri. Pola konservasi Borobudur yang dulu menggandeng UNESCO dan banyak negara bisa menjadi pertimbangan.Seperti diketahui, proyek Borobudur didukung penuh Pemerintah Belanda, Jepang, Perancis, Jerman dan sebagainya. Karena ada kerja sama dengan berbagai negara, tingkat pengawasannya juga p tinggi. Borobudurpun bisa kita banggakan lagi. Kalau Borobudur bisa, kenapa Majapahit tidak?
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya