Mengenal Batik Lewat Buku Batik Sudagaran Surakarta
Foto: istimewaNama Hartono Sumarsono di kalangan pecinta batik memang cukup dikenal, setelah memulai bisnis batiknya dengan label Batik Kencana Ungu sejak tahun 1972 di Jakarta. Dia pun mulai tertarik untuk menjadi seorang kolektor sekaligus pecinta dan pelestari kain tradisional Indonesia ini.
Berawal dari kekhawatirannya akan kelestarian kain batik serta dengan semakin banyaknya keberadaan batik-batik langka yang mulai dijual-belikan oleh orang asing ke luar negeri, membuat pengusaha yang mulai mengkoleksi batik sejak tahun 1980-an ini, terpanggil untuk membuat suatu karya yang bisa menjadi kontribusinya untuk negara Indonesia. Lewat bukulah Hartono mencoba untuk memberikan informasi seputar batik yang ada di seluruh Indonesia untuk generasi sekarang dan juga yang akan datang.
Mulai dari berburu kain batik lawas dan langka serta mencari narasumber yang mumpuni dalam hal perbatikan, Hartono pun sudah berhasil membuat 4 buku sebelumnya, mulai dari Batik Pesisir Pusaka Indonesia, Benang Raja Menyimpul Keelokan Batik Pesisir, Batik Garutan, Batik Betawi. Di tahun ini, ia pun kembali mengeluarkan buku kelimanya yang bertajuk "Batik Sudagaran Surakarta" di acara Adiwastra Nusantara 2019 yang berlangsung di panggung utama hall B, JCC Senayan, Jakarta, baru-baru ini.
"Buku terbaru ini tentang batik Sudagaran Solo. Ini koleksi batik yang dibuat oleh saudagar di luar keraton. Di keraton sendiri tak sembarangan orang boleh menggunakan batik khas keraton. Dan ternyata batik karya saudagar ini tak kalah bagusnya dengan keraton," tutur Hartono.
Menyesuaikan tema yang diangkat oleh Adiwastra Nusantara 2019 yaitu Wastra adati generasi milenial, Hartono pun berharap kalau bukunya ini bisa menjadi sebagai salah satu pondasi bagi kaum milenial untuk aware terhadap budaya nusantara, dalam hal ini batik. Dia pun mengaku membuat buku tentang batik itu wujud dari keinginan untuk membantu kaum milenial mencari referensi dalam hal batik.
Dalam buku-buku batik yang dikeluarkan oleh Hartono, memang mempunyai ciri khas dalam tampilan dan isi buku yang hampir 80% memuat gambar-gambar batik, dan sedikitnya ada sekitar 200 motif batik yang ditampilkan dari berbagai referensi. Ia memang mengutamakan untuk lebih memperlihat seperti apa bentuk kain juga gambar dan detail kain batik tersebut. yzd/S-2
Redaktur: Sriyono
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Menko Zulkifli Tegaskan Impor Singkong dan Tapioka Akan Dibatasi
- 2 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 3 Pemerintah Konsisten Bangun Nusantara, Peluang Investasi di IKN Terus Dipromosikan
- 4 Peneliti Korsel Temukan Fenomena Mekanika Kuantum
- 5 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
Berita Terkini
- Trump Tegaskan Tarif Impor untuk Kanada, Tiongkok, dan Meksiko Bukan Alat Negosiasi
- Tiga teori Mengapa 'Keajaiban Ekonomi' Tiongkok Menemui Jalan Buntu
- Laporan: Tiongkok terus Mensubsidi Ekspor Fentanil
- Trump Resmi Berlakukan Tarif Impor untuk Kanada, Tiongkok, dan Meksiko
- Trump Tegaskan Ancaman Tarif Impor 100% terhadap Negara-negara BRICS