Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menentukan Kembali Umur Alam Semesta

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Dengan menggunakan gangguan-gangguan ini, maka dimungkinkan untuk mengukur seberapa cepat alam semesta mengembang tak lama setelah Big Bang. Setelah itu dapat diterapkan pada Model Standar Kosmologi untuk menyimpulkan laju ekspansi saat ini.

Ketika satelit Planck Badan Antariksa Eropa (ESA) mengukur ketidaksesuaian dalam CMB, pertama pada 2014, nilai yang keluar untuk KH adalah 67,4 km per detik per Mpc. Angka ini 9 persen lebih rendah dari nilai yang diukur para astronom seperti Freedman saat melihat galaksi terdekat.

Pengukuran lebih lanjut CMB pada 2020 menggunakan Teleskop Kosmologi Atacama dikorelasikan dengan data dari Planck. "Ini membantu mengesampingkan bahwa ada masalah sistematis dengan Planck dari beberapa sumber," kata Beaton.

Teknik yang digunakan oleh Freedman dan rekan-rekannya memanfaatkan jenis bintang tertentu yang disebut variabel Cepheid. Bintang yang ditemukan sekitar 100 tahun lalu oleh astronom Henrietta Leavitt, mengubah kecerahannya, berdenyut lebih redup dan lebih terang selama berhari-hari atau berminggu-minggu.

Leavitt menemukan semakin terang bintang tersebut, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencerahkan, lalu meredupkan, kemudian mencerahkan lagi. Sekarang, para astronom dapat mengetahui dengan tepat seberapa terang sebuah bintang sebenarnya dengan mempelajari denyut-denyut dalam kecerahannya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top