Mendiktisaintek Nilai Penyiapan Guru Masih Biasa Saja
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam Pelantikan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) periode 2025-2030, yang diakses secara daring, Senin (27/1).
Foto: Tangkapan layar Muhamad MarupJAKARTA - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, menilai, saat ini penyiapan guru masih biasa saja. Menurutnya, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) harus mampu memunculkan terobosan.
"Sampai saat ini saya melihat bahwa pendidikan kita secara umum terutama dalam penyiapan guru-guru kita di sekolah baik dari PAUD STD SMP SMA itu masih terkesan seperti yang biasa-biasa saja. Belum ada terobosan dari LPTK," ujar Satryo, dalam Pelantikan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) periode 2025-2030, yang diakses secara daring, Senin (27/1).
Dia menjelaskan, terobosan dan inovasi LPTK dibutuhkan agar guru yang dihasilkan mampu meningkatkan literasi para murid. Dia menyinggung nilai PISA Indonesia untuk kategori numerasi, sains, dan membaca yang terendah nomor dua dari 69 negara.
Satryo melanjutkan, literasi penting untuk menyiapkan SDM berkualitas dalam rangka mencapai Indonesia Emas 2045. Menurutnya, kunci keberhasilan negara maju karena lulusan perguran tinggi dan sekolah mempunyai tingkat literasi yang tinggi.
"Kalau bisa agak difokuskan sedikit bagaimana guru-guru kita ke depan itu mampu untuk menciptakan generasi muda kita yang sangat tinggi tingkat literasinya baik dalam numerik sains dan membaca," jelasnya.
Metode Baru
Dia menekankan, tidak ada murid yang bodoh. Menurutnya, wilayah-wilayah yang kerap disebut tertinggal seperti Papua terkendala karena tidak mendapat kesempatan dan metode pembelajaran yang terpat.
"Nah untuk itu memang diperlukan beberapa metode pembelajaran yang harus kita kembangkan. Ciptakanlah berbagai metode belajar yang ada di dunia ini atau kita lihat yang sudah ada di tempat-tempat tertentu best practice-nya seperti apa," katanya.
Satryo meminta agar metode tersebut tidak diciptakan dari kaidah atau teori yang sudah ada. Hal tersebut karena tantangan ke depan penuh ketidakpastian sehingga inovasi sangat diperlukan.
"Bagaimana cara kita menyiapkan generasi muda supaya mereka mampu mengatasi ketidakpasastian," terangnya.
Dia menyebut, salah satu hal terpenting bagi peserta didik adalah dengan mampu menanamkan kemampuan berpikir kritis. Menurutnya, guru harus bisa memantik daya kritis para siswa.
"Tidak hanya menghafal atau memahami tapi mampu berpikir kritis di luar dari soal-soal yang sifatnya rutin. Jadi gurunya pun harus mampu membuat anak-anak berpikir kritis gurunya pun harus berpikir kritis juga," ucapnya.
Berita Trending
- 1 Respons CEO OpenAI tentang Model AI Tiongkok DeepSeek-R1: 'Mengesankan'
- 2 Setelah Trump Ancam Akan Kenakan Tarif Impor, Akhirnya Kolombia Bersedia Terima Deportasi dari AS
- 3 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 4 Diprediksi Berkinerja Mocer 2025, IHSG Sepanjang Tahun Ini Menguat 1,22 Persen
- 5 Tanpa Pengenaan Tarif ke Barang Impor, Produk Lokal Bakal Semakin Terpuruk
Berita Terkini
- PLN Tinjau Langsung Lokasi Terdampak Banjir Jakarta, Pastikan Keamanan dan Pemulihan Kelistrikan
- Platform Digital Ini Jadi Aplikasi Resmi Pendaftaran Running Summit 2025
- Waspadai Cuaca Ekstrem, ASDP Imbau Pengguna Jasa Atur Waktu Perjalanan Menuju Pelabuhan
- Sejumlah Daerah Mulai Ambil Alih Pengelolaan Teman Bus
- Mobilitas Penumpang Meningkat