Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Menangkal Perbudakan Era Modern di Industri Makanan Laut Thailand

Foto : istimewa

Rentan Eksploitasi l Sejumlah pekerja di kapal nelayan Thai­land sedang mengumpulkan hasil tangkapan ikan beberapa waktu lalu. Akibat perusahaan di industri makanan laut ingin menekan biaya tetap rendah, praktik eksploitasi pekerja pun kerap terjadi.

A   A   A   Pengaturan Font

Eksploitasi pekerja di industri makanan laut di Thailand sedang diupayakan untuk dikikis melalui praktik inisiatif penting seperti regulasi penangkapan ikan IUU.

Industri makanan laut Thailand merupakan salah satu penghasil pemasukan terpenting negara itu. Industri tersebut merupakan sumber penghidupan jutaan orang di dalam dan di luar negeri.

Namun dibalik semua itu perusahaan-perusahaan yang terlibat mencoba menjaga biaya tetap rendah demi para pelanggan dan dalam banyak praktiknya mengakibatkan eksploitasi pekerja.

Kehidupan di atas kapal nelayan sendiri amat berat. Jam kerja yang panjang, kondisi cuaca yang terus berubah, serta pemasukan yang rendah menjadikannya pilihan karier yang tidak menarik. Banyak orang yang bekerja di kapal-kapal nelayan mengalami tekanan, korban dari eksploitasi dan perdagangan manusia.

Vichien Soisawat, 52 tahun, adalah salah satu dari orang-orang itu pada 2007 ketika seorang makelar mengatur agar ia menjadi awak kapal yang mencari ikan di perairan Indonesia. Buruh desa ini diberi tahu kawannya bahwa bekerja di kapal akan mendatangkan upah yang menggiurkan. Akan tetapi kenyataannya sangat berbeda.

"Sungguh sulit, bekerja sepanjang waktu. Setiap lima jam saat jam kerja saya akan bekerja tiga jam sebelum mengambil dua jam istirahat," tutur Vichien beberapa waktu lalu. "Seakan ada tiga musim tiap hari yaitu hujan, panas, dan dingin. Hujan turun, ombak naik, tetapi kami harus bekerja dan bertahan dalam cuaca buruk hingga semuanya usai," imbuh dia.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top