Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Memilih Pemimpin yang Berjiwa Melayani

Foto : istimewa

Antonius Benny Susetyo

A   A   A   Pengaturan Font

Dalam pandangan filsuf Plato, pemimpin diibaratkan seperti seorang nakhoda kapal yang harus tahu betul arah dan kondisi kapal yang ia pimpin. Namun, di Indonesia, kita sering kali lebih memilih pemimpin yang populer daripada yang benar-benar memiliki kemampuan memimpin yang baik.

Salah satu tantangan besar dalam Pilkada adalah adanya fenomena marketing politik yang sangat kuat, terutama yang didorong oleh media dan lembaga survei. Dalam banyak kasus, calon kepala daerah yang tidak memiliki rekam jejak yang baik dapat tetap memperoleh popularitas tinggi berkat dukungan dari media atau hasil survei yang dipublikasikan secara masif.

Lembaga survei memiliki peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap calon kepala daerah. Sayangnya, survei yang seharusnya menjadi alat untuk mengukur popularitas dan elektabilitas secara objektif, kadang kala justru menjadi alat untuk mendongkrak popularitas palsu.

Tidak jarang, survei yang dibuat hanya untuk menguntungkan pihak tertentu, tanpa memperhatikan fakta dan rekam jejak kandidat. Akibatnya, masyarakat menjadi terjebak dalam persepsi yang salah, mengira bahwa calon yang populer adalah calon yang berkualitas, padahal kenyataannya tidak demikian. Hal ini diperparah dengan maraknya kampanye hitam yang bertujuan menjatuhkan lawan politik.

Dalam konteks Pilkada, calon-calon dengan rekam jejak baik bisa saja diserang melalui berita-berita palsu atau kampanye negatif yang tidak berdasarkan fakta. Media sosial, yang kini menjadi alat kampanye utama, sering kali menjadi medium untuk menyebarkan informasi yang menyesatkan dan mempengaruhi opini publik secara tidak sehat.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top