Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Membumikan Hidup Beragama

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Relevansi Kenaikan

Lalu, apa relevansi perayaan Kenaikan Yesus Kristus ke surga dengan semua ini? Harus diakui, kalangan agama (termasuk Kristen atau Katolik) sering hanya memfokuskan pada masalah-masalah spiritual (rohani) sehingga isu-isu seperti globalisasi kurang disentuh.

Maka, Kenaikan Yesus ke surga bisa dijadikan momentum menyadari masalah ini. Kalau membaca Injil, Yesus naik ke surga, setelah 33 tahun hidup di dunia. Itu berarti, agama seharusnya tidak hanya sibuk mengurusi masalah surgawi. Jangan terus menatap ke langit seperti dilakukan para murid Yesus ketika menyaksikan Sang Guru naik ke surga, tetapi juga harus kembali menatap ke dunia. Memang harus diakui, kadang ada dua ekstrem, orang hanya memikirkan masalah rohani (agama saja) di satu sisi, di sisi lain ada orang yang terlalu fokus pada sisi duniawi.

Ujung-ujungnya penghayatan keagamaan sering dipisahkan dari persoalan hidup. Tissa Balariya dalam bukunya Planetary Theology (Orbis Books, Maryknoll, New York, 1984) sudah mengkritik, terkait tulisan ini. Menurut teolog progresif asal Srilanka itu, umat Kristiani sangat suka menonjolkan ajaran surga, tetapi lalu "cuek" dengan persoalan dunia (global).

Misalnya, banyak umat Kristiani suka mengagungkan ajaran cinta kasih Yesus dan mengklaim memiliki kavling surge. Di sisi lain ajaran cinta kasih dilepaskan dari konteks keadilan. Menurut Tissa, kita tidak bisa mengatakan sungguh memiliki kasih atau kavling di surga, jika tak acuh dengan mereka yang menderita, dieksploitasi dan ditindas dalam arus deras globalisasi saat ini.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top