![Membiayai Pendidikan dari Uang Logam](https://koran-jakarta.com/images/article/phpakmq3m_resized.jpg)
Membiayai Pendidikan dari Uang Logam
![Membiayai Pendidikan dari Uang Logam](https://koran-jakarta.com/images/article/phpakmq3m_resized.jpg)
Faizin tidak menukar uang tersebut ke mata uang rupiah namun langsung menyerahkan uang ke pengurus pusat. Penyaluran uang logam ke siswa didik kurang mampu telah mengubah pandangan tentang uang logam. Jika semula uang logam sekadar uang receh yang nilainya kecil, saat ini uang logam tak ubahnya uang kertas yang memiliki nilai yang lebih tinggi.
"Jadi lebih menghargai koin seberapapun nilainya karena ketika koin dikumpulkan nilainya menjadi lebih banyak," ujar dia. din/E-6
Menghitung Logam sebagai Sarana Terapi
Ratusan uang receh terhampar di atas meja, mulai dari 50 rupiah hingga 1000 rupiah. Uang dihitung lalu diserahkan ke sekolah-sekolah siswa sasaran untuk biaya pendidikan. Itulah Coin Collecting Day. Kegiatan penghitungan koin yang telah terkumpul di sekretariat maupun koin yang dikumpulkan pada hari itu. Menghitung koin yang jumlahnya ratusan bahkan kadang ribuan membutuhkan ketelitian supaya tidak salah hitung.
Namun, kegiatan yang dilakukan beramai-ramai tersebut justru kerap dirindukan. "Biasanya para coiners malah menganggap penghitungan koin sebagai terapi atau quality time," ujar Anggia Bahana Putri, Manager Operational Coin A Chance. Karena mereka dapat berinteraksi bahkan berjejaring dengan sesama coiners atau sebutan pengumpul uang koin. Bahkan, siswa-siswi asuh sering terlibat dalam penghitungan koin.
Penghitungan koin kerap dilakukan di restaurant maupun foodcourt (khususnya di Jakarta). Karena setelah penghitungan, gerai-gerai makanan akan menghampiri untuk menukarkan uang yang akan digunakan sebagai uang kembali. Sebagian uang koin pun bertukar dengan uang kertas.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya