Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Media dan Iklan Politik

A   A   A   Pengaturan Font

Ada hubungan simbiosis antara politisi dan media. Di satu sisi, politisi ingin mengendalikan informasi yang disajikan media. Di sisi lain, politisi membutuhkan media untuk menyampaikan pesan kepada konstituen. Media yang terlalu konfrontatif atau bermasalah dapat ditutup politisi. Tetapi, nyatanya, untuk media Indonesia agak sulit dilakukan dan dibendung, meskipun berita kontroversi disiarkan dan dikonsumsi. Politisi tidak bisa berbuat apa-apa, meskipun dapat mengajukan tuntutan hukum terhadap media yang menyerang.

Bagaimanapun, media komersial dan medsos turut memperkuat eksistensi politisi. Di radio dan televisi, kontestasi politik negeri ini telah berubah menjadi opera sabun.

Politisi yang paling populer kerap bisa mengubah naskah dan membingkai perdebatan. Dengan kata l a i n , mereka dapat membengkokkan media yang tidak profesional sesuai dengan kehendak sendiri.

Memanipulasi lewat media lebih penting daripada mengendalikan peran organisasi partai. Beberapa politikus bahkan tidak membutuhkan citra partainya untuk menjual diri. Mereka hanya mengandalkan rekam jejak dan pengalaman untuk mempengaruhi minat publik lewat media.

Artinya, politisi dengan advertorial dapat tampil di media sesuai dengan keinginan. Bagi politisi kaya, apalagi berkuasa biasanya memiliki akses ke media. Apabila media memelintir berita atau menyiarkan berita yang tidak sesuai dengan pesan, konten, dan konteks, (zaman dulu) politisi akan menggunakan kekuasaan untuk menekan bisnis media tersebut. Era sekarang lebih sulit. Tidak hanya itu, politisi pun dengan leluasa m e n g o n t r o l persepsi publik d e n g a n kekuatan dan kekuasaan. Yang diperlukan, penilaian dan kecermatan publik dalam memaknai setiap pergerakan politisi saat memainkan peran drama politik sekarang.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top