Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Media dan Iklan Politik

A   A   A   Pengaturan Font

Biasanya, politisi memulai dengan iklan gambar diri untuk membangun citra positif sebelum pindah ke iklan negatif untuk menyerang lawan. Hal itu dilakukan karena sebagian politisi tidak mampu bersaing secara elegan. Mereka tidak mampu menawarkan program bagus. Meskipun, strategi seperti itu tidak baik, dampaknya kadang luar biasa.

Mereka mengkritik pesaing. Mereka mengeluh tanpa henti tentang ketidakadilan dengan menyerang lawan. Sebaliknya, lawan juga tidak tinggal diam. Mereka pun melakukan langkah serupa dengan menyerang balik. Pertanyaannya, mengapa politisi semakin tertarik dengan lebih mengandalkan iklan negatif ketimbang mencitrakan diri mampu menawarkan kebaruan dan layak dipilih? Apakah itu cara paling efektif untuk membujuk pemilih dalam waktu singkat?

Kontras

Paparan IP memperbesar kontras antara iklan komersial dan politik. Kadang media memiliki efek baik dan buruk tergantung pada narasi yang ditawarkan. Efek baiknya memberi kesempatan politisi untuk mengeksplorasi diri. Media memberitakan politisi dengan citra baik. Mereka mencitrakan diri sebagai pemimpin yang layak dipilih. Efek buruknya, media menggunakan segala sumber berita buruk kehidupan personal politisi. Semua tergantung pada pemesan.

Mengiklankan diri di media berisiko juga. Politisi selalu dengan cepat menyalahkan media ketika sebuah berita tidak menempatkan pada posisi menguntungkan. Di sisi lain, politisi menggunakan media untuk memenangkan pemilu aar mendapat eksposur untuk menjangkau pemilih. Media yang tidak profesional mem-framing berita sesuai dengan pesanan politisi. Dari tahun ke tahun, pemilu telah mengubah persepsi masyarakat terhadap media.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top