Hati-hati Menghapus Bahan Bakar Minyak
Pengendara motor mengisi BBM jenis Pertalite di sebuah SPBU Pertamina di Jakarta, Jumat (24/12/2021). Pemerintah berencana menghapus BBM RON 88 Premium dan RON 90 Pertalite sebagai upaya mendorong penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsjKadang-kadang, kalau memperhatikan kebijakan Badan Usaha Milik Negara seperti Pertamina, timbul pertanyaan. Misalnya, ada rencana menghapus BBM jenis premium. Mengapa ini dikatakan mau dihapus.
Padahal kenyataannya sudah amat sulit menemukan premium. Banyak SPBU tidak memiliki premium.
Malahan Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM, Soejaningsih, menggunakan istilah, pemerintah kini memasuki masa transisi di mana premium bakal sepenuhnya diganti pertalite. Secara faktual premium sudah diganti pertalite.
- Baca Juga: TPS Liar Menjamur di Bekasi
Memang premium hanya memiliki research octan number (RON) 88, sedangkan pertalite memiliki RON 90. Mesti tren dunia tinggal sedikit yang menggunakan RON 90, perlu berhati-hati dan tidak terburu-buru menghapus pertalite.
Sebab, produk tersebut dikonsumsi mayoritas masyarakat pengguna atau pemilik kendaraan bermotor. Jadi, apakah tidak akan mengganggu atau membuat gejolak perekonomian nasional seperti memicu inflasi.
Rasanya perlu sosialisasi meluas dan bertahap, tidak boleh "grusa-grusu". Sebab, kondisi ekonomi tengah berusaha menuju pemulihan secara pelan-pelan.
Perekonomian seperti itu masih "sensi" terhadap kebijakan yang dilakukan dadakan. Apalagi kalau langsung hanya dijual produk di SPBU dengan dua varian, BBM RON 92 (Pertamax) dan BBM RON 98 (Pertamax Turbo).
RON rendah memang tidak baik untuk lingkungan. Kebanyakan negara meninggalkan premium karena RON hanya 88. Pertamina boleh saja menghapus pertalite, hanya sekali lagi, mesti mengambil pola penghapusan premium, pelan dan bertahap.
Maka kalau benar pertalite dihapus mulai tahun depan, rasanya agak mendadak. Ini bisa mengagetkan inflasi dan daya beli rakyat. Untuk beraktivitas, baik berusaha atau keperluan lain, mayoritas pengendara masih menggunakan pertalite.
Maka harus dicari formula yang tepat agar transisi bisa berjalan mulus. Pertamina, pemerintah, DPR, dan masyarakat perlu duduk bersama mencari formula atau format transisi tersebut.
Menurut Pertamina, hanya tujuh negara yang masih menggunakan bahan bakar yang memiliki oktan di bawah 90. Mereka adalah Indonesia, Banglades, Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, dan Uzbekistan.
Mari kita dukung pengurangan emisi CO2 demi bumi yang lebih sehat. Pertamax akan mengurangi 27 persen emisi CO2. Ini lebih tinggi dari pertalite (14 persen).
Redaktur: Koran Jakarta
Penulis: Koran Jakarta
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29
Berita Terkini
- Ini Instruksi Wapres Gibran untuk Penanganan Korban Kebakaran Kemayoran
- KPU DKI Umumkan Pemenang Pilgub Usai MK Beri Tahu Permohonan Perselisihan
- Tingkatkan Ketahanan Pangan, Kemenkop-Kadin Kembangkan Pakan Ternak
- Provinsi Terbesar di Kanada Ancam Pangkas Ekspor Energi ke AS Jika Trump Berlakukan Tarif Impor
- PAM Jaya Penuhi Kebutuhan Air Bersih Penyintas Kebakaran di Kemayoran