Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Masih Bersama The Fed

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Hal tersebut jelas terbukti dari keputusan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) pada Desember jelang akhir tahun 2018. Dalam kacamata ekonomi moneter, keputusan yang diambil The Fed sangat bisa dipahami. Ada beberapa alasan mendasar kenaikan tingkat bunga The Fed tersebut. Salah satunya, tingkat bunga riil AS yang sekarang masih sangat rendah.

Laju inflasi AS secara tahunan terbaru jika diukur dengan indeks harga konsumen berada pada kisaran 2,2 persen. Jika tingkat bunga FFR hanya 2 persen, maka tingkat bunga riilnya masih negatif. Bahkan setelah tingkat bunga FFR dinaikkan, tingkat bunga riilnya masih berada pada kisaran 0 persen.

Tingkat bunga riil 0 persen hanya tepat jika kondisi ekonomi sangat tertekan, tetapi tidak tepat bagi ekonomi AS yang pertumbuhan riil produk domestik bruto (PDB)-nya tahun 2018 lebih dari 3 persen. Ini jauh melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi semasa pemerintahan Presiden Barack Obama yang sekitar 2,2 persen, ditambah tingkat pengangguran yang sangat rendah, sekitar 3,7 persen.

Menurut The Fed, tingkat pengangguran AS yang rasional berada pada kisaran lebih tinggi dari 4,4 persen. Tingkat bunga riil yang sangat rendah dapat menyebabkan berbagai masalah serius bagi perekonomian. Pelaku bisnis akan menyikapi rendahnya tingkat suka bunga dengan menumpuk utang berlebihan, bahkan bisa melewati kapasitasnya.

Perbankan dan lembaga keuangan dalam meraup keuntungann tentu akan memberikan pinjaman pada nasabah yang kualitasnya rendah serta memperlonggar syarat peminjaman yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan kehati-hatian. Investor portofolio pun diperkirakan akan mendongkrak harga saham pada tingkat yang kurang sustainable.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top