Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 17 Feb 2020, 00:03 WIB

Limbah Nuklir Tidak Akan Luluh sampai Jutaan Tahun

BERSIHKAN LOKASI I Tim Badan Tenaga Nuklir Nasional dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir melakukan dekontaminasi (pembersiahan) terhadap temuan paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (15/2).

Foto: ANTARA/MUHAMMAD IQBAL

JAKARTA - Adanya limbah radioaktif di kawasan perumahan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Serpong, Banten, mesti menjadi bahan evaluasi untuk tidak mengembangkan energi nuklir. Sebab, risiko dari kebocoran nuklir sangat besar dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Bahkan, Jepang hingga kini belum mampu menanggulangi korban akibat kebocoran reaktor nuklir ketika diterjang gempa beberapa tahun silam.

Direktur Kampanye Energi Terbarukan Walhi, Yuyun Harmono, mengatakan limbah nuklir berbahaya ini tidak akan luluh sampai jutaan tahun. Ini sebabnya, negara-negara maju di Eropa telah meninggalkan energi nuklir untuk kebutuhan pembangkit. Eropa kini mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai energi bersih yang berkelanjutan.

"Di mana-mana nuklir sudah ditinggalkan. Limbah nuklir sangat berbahaya bahkan kecelakaan nuklir di Fukusima sampai sekarang belum selesai. Pemerintah Jepang juga bingung membuang air yang sudah tercemar limbah nuklir. Apalagi Indonesia, sulit sekali membayangkan risiko yang harus ditanggung rakyat," katanya saat dihubungi, Minggu (16/2).

Diketahui, Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (Bapeten) pada Jumat (14/2) mengumumkan telah menemukan limbah radioaktif di sebidang tanah Perumahan Batan Indah, Setu, Kota Tangerang Selatan. Bapeten menemukan beberapa serpihan sumber radioaktif dan langsung diangkat.

Kini, Bapeten terus melakukan proses pembersihan dengan cara pengambilan atau pengerukan tanah yang diduga telah terkontaminasi, dan pemotongan pohon atau pengambilan vegetasi yang terkontaminasi.

Menurut Yuyun, Indonesia sudah seharusnya tidak perlu mengulangi kesalahan negara maju, yang dulu membangun pembangkit nuklir dan sekarang mulai menutupnya dengan kerugian yang sangat besar, seperti yang dilakukan oleh Jerman. Banyak energi bersih di Indonesia yang bisa digunakan, seperti surya, angin, dan air.

"Dengan kelimpahan potensi energi terbarukan, Indonesia tidak butuh nuklir. Sayangnya, sampai saat ini tidak ada upaya serius untuk mengoptimalkan potensi yang ada, dan justru terus dilenakan dengan batu bara sebagai sumber energi," ujarnya.

EBT Lebih Layak

Dihubungi terpisah, pakar energi terbarukan dari Universitas Brawijaya, Malang, Suprapto, mengatakan pemanfaatan energi baru dan terbarukan lebih layak bagi Indonesia daripada nuklir.

"Di kita, nuklir masih di tahap kajian dan masih panjang prosesnya. Sebaliknya, untuk EBT malah justru sudah digunakan, terutama di kawasan kepulauan yang tidak tersentuh jaringan PLN," katanya.

Suprapto mengatakan tren teknologi EBT ke depan semakin lama makin murah, karena selain didukung kebijakan, teknologinya semakin berkembang. YK/SB/AR-2

Penulis: Eko S, Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.