Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jumat, 21 Feb 2025, 09:34 WIB

KTT G20 Pertama Kalinya Digelar di Afrika, Afsel Serukan 'Kerja Sama' Antarnegara

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa membuka pertemuan Menlu G20 di Johannesburg.

Foto: Centralnews

JOHANNESBURG - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa pada Kamis (20/2) membuka pertemuan menteri luar negeri G20 dengan seruan untuk "kerja sama" di tengah ketegangan geopolitik dan "meningkatnya intoleransi".

Para diplomat tinggi dari negara-negara ekonomi terbesar dunia berkumpul di Johannesburg untuk pembicaraan dua hari yang diadakan pertama kalinya di Afrika dan dibayangi oleh ketidakhadiran Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.

"Sangat penting bahwa prinsip-prinsip Piagam PBB, multilateralisme, dan hukum internasional tetap menjadi pusat dari semua upaya kita. Prinsip-prinsip tersebut harus menjadi perekat yang menyatukan kita," kata Ramaphosa.

"Ketegangan geopolitik, meningkatnya intoleransi, konflik dan perang, perubahan iklim, pandemi, serta ketidakamanan energi dan pangan mengancam koeksistensi global yang sudah rapuh," kata Ramaphosa.

G20, kelompok 19 negara serta Uni Eropa dan Uni Afrika, terpecah dalam isu-isu utama mulai dari perang Russia di Ukraina hingga perubahan iklim.

Para pemimpin dunia juga berbeda pendapat tentang cara menanggapi perubahan kebijakan dramatis dari Washington sejak kembalinya Presiden AS Donald Trump. 

"Sebagai G20, kita harus terus mengadvokasi solusi diplomatik untuk konflik," kata Ramaphosa. 

"Saya pikir penting bagi kita untuk mengingat bahwa kerja sama adalah kekuatan terbesar kita," imbuhnya. "Mari kita mencari titik temu melalui keterlibatan yang konstruktif."

Sebagai pembuka pertemuan puncak G20 pada bulan November, pertemuan tersebut dihadiri oleh para diplomat tinggi termasuk Menteri Luar Negeri Russia Sergei Lavrov, mitranya dari Tiongkok dan India serta utusan Eropa seperti Jean-Noel Barrot dari Prancis dan David Lammy dari Inggris.

Namun anggota terkaya kelompok itu, Amerika Serikat, hanya diwakili oleh wakil kepala misi di kedutaan besar Amerika di Pretoria setelah Rubio melewatkan pertemuan di tengah perselisihan dengan negara tuan rumah mengenai beberapa masalah kebijakan.

"Pekerjaan saya adalah memajukan kepentingan nasional Amerika, bukan membuang-buang uang pembayar pajak atau memanjakan anti-Amerikanisme," kata Rubio, mengumumkan keputusannya untuk tidak pergi ke Afrika Selatan untuk menghadiri pertemuan tersebut. 

Ramaphosa mengatakan ketidakhadiran Rubio bukanlah "kecelakaan kereta api" dan tidak berarti boikot karena Amerika Serikat diwakili. 

Ia berharap proses diplomatik akan "menyelesaikan masalah yang mungkin muncul dalam hubungan kita", ungkapnya kepada wartawan.

Afrika Selatan mendapat kecaman dari Washington karena memimpin kasus di Mahkamah Internasional yang menuduh Israel melakukan tindakan "genosida" dalam serangannya ke Gaza, yang dibantah Israel.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengumumkan pada hari Kamis, ia juga tidak akan menghadiri pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Cape Town minggu depan.

Afrika Harus Didengar 

Keketuaan G20 pertama negara Afrika merupakan kesempatan bagi benua itu untuk "didengarkan isu-isu global yang kritis, seperti pembangunan berkelanjutan, ekonomi digital, dan peralihan ke energi hijau", kata Ramaphosa dalam pidato pembukaannya.

Prioritas Afrika Selatan termasuk menemukan cara untuk meningkatkan ketahanan terhadap bencana iklim dan meningkatkan "keberlanjutan utang" bagi negara-negara berkembang.

Ia juga ingin memobilisasi keuangan untuk "transisi energi yang adil" di mana negara-negara yang paling bertanggung jawab terhadap perubahan iklim mendukung mereka yang paling tidak bertanggung jawab, katanya. 

Namun sebagai tanda ketegangan dalam kelompok tersebut, foto bersama para pemimpin negara dibatalkan karena beberapa negara tidak ingin tampil di samping Lavrov, kata anggota delegasi kepada AFP.

Diplomat utama Uni Eropa Kaja Kallas mengatakan kepada wartawan bahwa fokus pembicaraan tersebut adalah "menjaga multilateralisme tetap hidup" dan bahwa "kita perlu bersatu" di masa-masa sulit.

"Masa-masa yang penuh gejolak" ini merupakan peluang untuk membangun kemitraan baru dan memperkuat kemitraan yang sudah ada, katanya, seraya menambahkan "kita memang perlu bersatu." 

Redaktur: Lili Lestari

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.