Kota Kecil di Persimpangan Jalan Eropa
Foto: AFP/ ludovic MARINPerjanjian London yang ditandatangani pada 1867 membawa Luksemburg menjadi negara netral. Status ini mendorong para politisi mencoba dengan sangat cepat untuk menarik organisasi internasional masuk ke dalam kota ini.
Upaya ini dilakukan dalam waktu yang lama, dan tidak berhasil. Tiba-tiba, pada 952, datanglah kesempatan besar yang ditunggu-tunggu. Menteri Luar Negeri Komunitas Eropa pertama, Komunitas Batubara dan Baja, memilih Luksemburg sebagai markas sementara.
Namun ternyata hal itu bukannya sejenak saja. Sampai hari ini Luksemburg, bersama Strasbourg dan Brussels, adalah salah satu dari tiga markas besar Uni Eropa. Di tempat ini berdiri lembaga Eropa seperti Pengadilan Eropa, Bank Investasi Eropa, Pengadilan Auditor Eropa, Sekretariat Parlemen Eropa, Layanan Komisi tertentu dan Kantor Publikasi dan masih banyak lagi.
Dampak dari semua ini terhadap kota sangat besar. Sejak awal tahun enam puluhan, kawasan Eropa telah berkembang, di dataran tinggi Kirchberg, dihubungkan ke kota oleh Pont Charlotte. Hampir 8.000 pejabat sekarang bekerja di sana.
"Kota kecil telah menjadi persimpangan jalan Eropa," kata Jean Monnet seorang negarawan dan ekonom asal Prancis, yang disebut sebagai arsitek dari pasar Eropa.
Evolusi pusat keuangan di Luxembourg dari akhir tahun '60-an semakin menonjolkan karakter internasional kota ini. Pada 1960 jumlah perusahaan perbankan yang berdiri mencapai 17 buah. Jumlah tersebut meningkat menjadi 218 pada 1994.
Namun pengaruh dari begitu banyak bank yang mengakar tidak selalu menguntungkan bagi warga. Hal ini karena sejumlah tempat tinggal menawan yang dulunya milik warga setempat telah digantikan oleh konstruksi modern yang berdiri tanpa jiwa.
Terlepas dari dimensi demografinya yang sederhana, Luksemburg telah menjadi kota metropolis, baik dalam kegiatan melayani komunitas internasional maupun dalam komposisi populasinya. Saat ini 60 persen penduduknya adalah orang asing, sebagian besar warga negara dari negara-negara di Uni Eropa. Hari ini kota ini telah menjadi mikrokosmos Eropa masa depan..
Topografi kotanya dicirikan oleh lembah sungai hijau yang dapat dilintasi oleh lebih dari seratus jembatan, menghubungkan antara bagian kota yang bersejarah dan modern. Penduduknya poliglot dan kosmopolitan. Mereka mampu berbahasa Luksemburg, Jerman, dan Prancis, di sampung bahasa Inggris. Hal ini tercermin dari berbagai acara budaya multibahasa dan internasional yang diselenggarakan. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Desa Wisata Jatijajar Depok
- 2 Tunjangan Dosen Terkendala, Ini Penjelasan Mendiktisaintek
- 3 Ayo Dukung Penguatan EBT, Irena Jadikan Asean sebagai Prioritas Percepatan Transisi Energi
- 4 Cegah Penularan, Pemprov Jatim Salurkan 7.000 Dosis Vaksin PMK ke Pacitan
- 5 Guterres: Umat Manusia telah Membuka “Kotak Pandora” yang Penuh Masalah
Berita Terkini
- Dukung Ekonomi Keatif, Garuda Indonesia Luncurkan Pesawat Bergambar Tahilalats
- Netflix Ungkap Tanggal Rilis ‘The Chronicles of Narnia’ Garapan Greta Gerwig
- Perkuat Komitmen Sosial, ASDP Bantuan Lansia di Kwitang
- Jelang Tahun Baru Imlek, Warga Mulai Berburu Pernak Pernik
- Rayakan Imlek 2025 dan Peringatan 75 Tahun Hubungan Indonesia-Tiongkok, Hotel Borobudur Jakarta Gelar ‘Discover Indonesian Chinese Heritage