Kolmanskop, Kota Hantu yang Terkubur Pasir
Foto: IstimewaKolmanskop di Namibia saat ini disebut sebagai kota hantu. Lokasinya berada di Gurun Namib di bagian selatan negara itu. Jaraknya sekitar 10 kilometer ke pedalaman dari kota pesisir Lüderitz, nama ini berasal dari belakang Franz Adolf Eduard Lüderitz (1834-1886) seorang pedagang Jerman dan pendiri Afrika Barat Daya Jerman, koloni pertama Kekaisaran Jerman.
Dalam sejarahnya Kolmanskop adalah kota pertambangan yang sangat kecil tetapi sangat kaya. Kota ini dinamai Johnny Coleman, seorang pengemudi angkutan yang saat badai pasir, meninggalkan gerobak sapinya di seberang pemukiman di lereng kecil.
Tumbuhnya kota ini berawal pada tahun 1908, ketika berlian pertama ditemukan di daerah tersebut oleh Zacharias Lewala dan penambang Jerman yang menetap di daerah tersebut setelahnya. Sejak itu perburuan berlian itu sangat dahsyat dan menyebabkan banyak oportunis yang mencari peruntungan mendatangi Kolmanskop.
Segera terlihat bahwa tanah di sekitar bukan sekadar endapan lokal melainkan ladang berlian aluvial yang luas, membentang sekitar 300 kilometer ke utara dari Sungai Orange, jalur air utama yang memisahkan Afrika selatan dari Afrika barat daya, dan kemudian sekitar 100 kilometer ke pedalaman dari pantai Atlantik.
Pemerintah kolonial Jerman di Afrika barat daya segera setelah itu mengumumkan wilayah seluas 26.000 kilometer persegi itu sebagai Sperrgebiet atau wilayah terlarang, dan sebagian besarnya tetap menjadi zona terlarang hingga hari ini.
Setelah itu Kolmanskop tumbuh menjadi desa pertambangan yang sangat kaya meskipun kecil. Penduduk baru membangun desa dengan gaya arsitektur Jerman dan desa tersebut memiliki rumah sakit, pembangkit listrik, sekolah, ruang dansa, dan banyak fasilitas lainnya termasuk trem pertama di Afrika yang menuju ke Lüderitz.
Kota pertambangan kecil ini juga memiliki arena bermain skittle, teater dan gedung olahraga, kasino, pabrik es, dan stasiun sinar-X pertama di belahan bumi selatan. Kehidupan dibuat senyaman mungkin bagi penduduk Jerman dan keluarga mereka.
Kota tersebut segera menjadi kota kecil yang ramai. Pembangunan kota mencapai puncaknya pada tahun 1920-an dengan banyak keluarga Jerman serta sekitar 800 pekerja kontrak Owambo yang tinggal di kota tersebut selama puncak demam berlian. Kolmanskop berkembang pesat selama sekitar 40 tahun dan kemudian mengalami kemunduran setelah Perang Dunia 1.
Kolmanskop adalah kota perburuan berlian terbesar, dan pada masa kejayaannya merupakan rumah bagi lebih dari 1.500 orang. Air minum harus didatangkan dari Cape Town, tetapi kota itu memiliki listrik pada saat di negara Jerman sendiri masih memiliki lampu jalan gas. Rumah sakit di lokasi pertambangan itu merupakan rumah dengan mesin sinar-X pertama di seluruh Afrika bagian selatan.
Pada akhir Perang Dunia 1, ladang berlian di wilayah tersebut telah habis ditambang. Harga berlian anjlok. Salah satunya karena ditemukannya endapan berlian yang lebih kaya ditemukan di selatan Oranjemund.
Pada tahun 1928, penemuan endapan berlian terkaya kembali terjadi di pantai dekat Sungai Orange. Hal ini menyebabkan banyak penduduk Kolmanskop ikut serta dalam perburuan baru ini dan meninggalkan rumah serta harta benda mereka. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Pertamina Patra Niaga Lakukan Uji Tera di SPBU Lampung
- Putin Ancam Balas Negara yang Menyediakan Senjata untuk Menyerang Russia
- Peluncuran Herbalife F1 Shake Mix Cafe Latte
- Cegah Tawuran, Satpol PP DKI Gandeng Warga Lakukan Deteksi Dini
- Otorita IKN Paparkan Laporan dan Rencana Kerja Pembangunan IKN kepada BPK