Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 28 Jul 2022, 05:02 WIB

KNIL Angkatan Bersenjata untuk Perang Jawa

Foto: istimewa

Pada 1815, Belanda muncul kembali sebagai negara merdeka setelah berakhirnya penjajahan Prancis di bawah kepemimpinan Napoleon. Belanda juga mendapatk an kembali sejumlah bekas jajahan setelah berada di bawah kendali Prancis sejak 1806.

Untuk menguasai kembali jajahannya, pasukan ekspedisi dikirim untuk menjaga kepentingan kolonial Belanda. Setelah menguasai kembali Hindia Belanda, terjadi De Java Oorlog atau Perang Jawa (1825-1830) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Untuk memadamkan perlawanan ini pasukan khusus juga dibentuk dan dikirim antara 1826-1827.

Untuk sementara, pasukan ini dianggap sebagai bagian dari Angkatan Bersenjata Belanda. Keputusan Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch tertanggal 4 Desember 1830, memerintahkan didirikannya organisasi baru untuk tentara di Hindia Timur. Pendirian ini dianggap sebagai awal dari tentara Hindia Timur yang terpisah.

Pada 1836, tentara diberi sebutanKoninklijkatau Kerajaan, atas wewenang Raja William I. Tetapi dalam bahasa umum sebutan ini tidak digunakan selama hampir satu abad, dan tentara luar negeri selalu disebut sebagai (Oost-)Indisch Legeratau Tentara Hindia (Timur).

Baru setelah Perdana Menteri Hendrik Colijn, yang juga mantan perwira tentara kolonial, mengingat Dekrit Kerajaan tahun 1836, nama tersebut resmi menjadiKoninklijk Nederlands-Indisch Leger(KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

KNIL memiliki dua tugas. Pertama, untuk bertindak melawan semua kemungkinan lawan pribumi sebagai musuh internal, dan untuk mengusir serangan oleh kekuatan kolonial lainnya (musuh eksternal). Yang terakhir ternyata hanya diperlukan pada 1942 saat melawan Jepang.

Sampai pada 1910, KNIL terlibat dalam serangkaian konflik bersenjata tanpa henti dengan imperium pribumi. Bahkan pada antara 1873 hingga 1915, tentara ini harus menghadapi Perang Aceh sebuah perang paling panjang dalam sejarah dunia.

Sebelum 1830, pasukan kolonial secara resmi berada di bawah Kementerian Perang. Namun setelah 1830, ada pasukan tersendiri yang berada di bawah Kementerian Koloni yaituLandmachtyang sebenarnya adalah apa yang disebut tentara milisi kader, terdiri dari tentara profesional dan wajib militer. Namun konstitusi melarang penempatan wajib militer ke koloni, sehingga angkatan bersenjata luar negeri adalah dan tetap menjadi tentara profesional, terdiri dari pasukan Eropa dan pribumi, yang dipimpin oleh sebagian besar perwira Eropa.

Memang benar bahwa wajib militer bagi orang Eropa (dan orang Indo-Eropa yang disamakan dengan itu) diperkenalkan di Hindia Belanda pada 1918. Namun komposisi milisi dibatasi hanya beberapa persen dari total kekuatan tentara.

Unit tentara ini merekrut orang-orang yang direkrut di Belanda dan mempersiapkan mereka untuk bertugas dengan tentara di daerah jajahan terletak di Harderwijk. Dari 1815-1822, satuan tentara ini disebut Batalion Depot. Pada periode 1822-1843 namanya berubah menjadiAlgemeen Depot van de Landmachtatau Depot Umum Angkatan Darat. Dari tahun 1843, depot itu disebutKoloniaal Werfdepot.

Werfdepotkemudian jatuh di bawah Kementerian Perang. Begitu orang-orang yang direkrut berada di atas kapal yang akan membawa mereka ke Timur, mereka berada di bawah tanggung jawab Ministerie van Kolonin atau Kantor Kolonial.

Gaji Tinggi

Pada periode 1890-1909 kebutuhan relawan sangat besar untuk diterjunkan ke medan perang seperti untuk Perang Aceh. Untuk menarik minat, gaji tentara dinaikkan. Pada 1870, gaji mereka telah meningkat menjadi 300 gulden yang setara dengan gaji tahunan seorang buruh.

Relawan yang direkrut sebagian besar ada yang merupakan orang asing terutama dari Belgia, Jerman, Swiss, dan Prancis. Terutama di masa-masa awal, tercatat yang direkrut adalah tentara India dan legiun asing seperti desertir dari Prancis, mantan perwira Jerman, tentara Swiss yang pernah bertempur dalam Perang Crimea.

Berbeda dengan Legiun Asing Prancis yang didirikan pada 1830, para sukarelawan diharuskan memiliki surat-surat identitas saat melamar dan semuanya terdaftar secara akurat di buku pelajaran militer. Perekrut kolonial juga aktif di luar Belanda, karena perekrutan itu sangat menguntungkan.

Di Hindia Belanda sendiri, praktik rekrutmen merupakan hal yang lumrah ketika merekrut rekrutmen pribumi. Di Pantai Emas Afrika, budak-budak 'dibeli' selama bertahun-tahun dari tahun 1830 melalui pemukiman Belanda di Sint George d'Elmina, yang semuanya segera berakhir di barak Hindia Belanda dengan total sekitar 3.000 pria.

Para prajurit Afrika ini membuat kesan yang sangat baik. Mereka terbukti tahan terhadap iklim tropis dan menimbulkan kekaguman dalam pertempuran di antara teman dan musuh. Akibatnya mereka menerima gaji yang lebih tinggi.

Keturunan tentara Afrika ini disebutMardijkersdi Hindia Belanda dari bahasa Melayu merdeka artinya kebebasan. Penduduk Jawa menyebutnya "Londo Ireng" atau Belanda hitam. ν hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.