
KKP tingkatkan pengawasan alat tangkap ikan demi kesejahteraan nelayan
Doni Ismanto Darwin ditunjuk jadj Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan membidangi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Publik.
Foto: ANTARA/HO-KKPJakarta, 25/2 - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan akan meningkatkan pengawasan alat tangkap ikan guna memastikan kesejahteraan nelayan kecil melalui pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan dan mengurangi praktek penangkapan ikan yang merusak.
Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Publik Doni Ismanto Darwin dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap alat tangkap yang tidak sesuai aturan.
"Pencegahan di pelabuhan, sebelum keberangkatan, KKP melalui unit pengawasan akan memastikan setiap kapal perikanan memiliki alat tangkap yang sesuai dengan regulasi," kata Doni.
Doni menyampaikan hal itu merespon adanya hasil kajian yang disampaikan oleh Federasi Serikat Nelayan Nusantara (FSNN), Aliansi Nelayan Sumatera Utara (ANSU), dan Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan yang menyatakan bahwa penghasilan nelayan menurun hingga 19,82 persen setiap bulan.
Federasi dan aliansi itu menilai bahwa selain faktor cuaca dan ketersediaan stok sumber daya ikan yang sudah berkurang drastis di laut, hal lain yang menyebabkan menurunnya pendapatan nelayan kecil adalah pemakaian alat tangkap merusak, seperti trawl atau jaring tarik berkantong.
"KKP mengapresiasi hasil kajian yang disampaikan oleh FSNN, ANSU dan Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan terkait dampak penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan terhadap kesejahteraan nelayan kecil," ujarnya.
Meski begitu, dia menegaskan bahwa kajian itu menjadi masukan penting bagi KKP dalam memperkuat pengelolaan sumber daya perikanan yang berkelanjutan serta perlindungan nelayan kecil.
Sebagai bagian dari upaya peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap penggunaan alat tangkap yang dilarang, KKP telah dan akan terus memperketat pengawasan melalui langkah-langkah, pertama pencegahan di pelabuhan.
Sebelum keberangkatan, KKP melalui unit pengawasan akan memastikan setiap kapal perikanan memiliki alat tangkap yang sesuai dengan regulasi.
Kemudian, kapal yang tidak memenuhi persyaratan Surat Laik Operasi (SLO) dan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) tidak akan diizinkan melaut.
"Kapal-kapal yang melakukan penangkapan di laut dipantau dengan VMS untuk memastikan mereka menangkap sesuai dg fishing ground (wilayah tangkap) yang diizinkan," ujarnya.
Upaya kedua yang bakal dilakukan KKP yakni pemeriksaan setelah penangkapan. Setelah kapal kembali beroperasi, KKP akan melakukan pengecekan terhadap hasil tangkapan untuk memastikan kesesuaian dengan alat tangkap yang terdaftar dalam SLO dan SPB.
"Jika ditemukan pelanggaran, tindakan hukum sesuai peraturan yang berlaku akan diterapkan," tegasnya.
Doni menuturkan bahwa langkah-langkah itu sejalan dengan komitmen KKP dalam mendukung nelayan kecil serta menjaga ekosistem laut agar tetap produktif dan berkelanjutan.
KKP juga terus mengoptimalkan kerja sama dengan aparat penegak hukum dan pemerintah daerah untuk memperkuat pengawasan di wilayah pesisir dan perairan laut.
Sebagai tindak lanjut, KKP mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk organisasi nelayan, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya, untuk terus bersinergi dalam menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan Indonesia demi kesejahteraan nelayan dan generasi mendatang.
Sebelumnya, Ketua Umum FSNN Sutrisno mengatakan bahwa berdasarkan hasil sejumlah kegiatan rembuk nelayan yang dilaksanakan oleh ANSU di Provinsi Sumatera Utara, diperoleh penghasilan harian nelayan kecil menurun drastis tatkala nelayan pengguna alat tangkap trawl beroperasi di laut;
Kedua, penurunan penghasilan nelayan berkisar 19,82 persen setiap bulannya dengan perkiraan jumlah hari melaut nelayan trawl minimal 6 hari operasi.
Ketiga, intensitas pemakaian alat tangkap trawl atau jaring tarik berkantong ini berimbas pada rusaknya ekosistem laut (perairan pesisir kurang dari 12 mil) yang menjadi rumah perkembangbiakan sumber daya ikan. Hal itu berdampak pada berkurangnya hasil tangkapan nelayan kecil.
Keempat, perairan Kabupaten Serdang Bedagai tergolong masih terjaga kelestarian sumber daya lautnya dikarenakan masyarakat serentak menolak penggunaan trawl dan melakukan pengawasan di laut secara aktif.
Kelima, dari hasil identifikasi nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai, dapat dinyatakan bahwa pengguna trawl berasal dari Kabupaten Batubara, Kabupaten Asahan, Belawan, dan Pantai Labu.
Berita Trending
- 1 Harga BBM di SPBU Vivo Turun, Pertamina, BP dan Shell Stabil
- 2 RI Perkuat Komitmen Transisi Energi Lewat Kolaborasi AZEC
- 3 Akademisi: Perlu Diingat, Kepala Daerah yang Sudah Dilantik Sudah Menjadi Bagian dari Pemerintahan dan Harus Tunduk ke Presiden
- 4 Terkenal Kritis, Band Sukatani Malah Diajak Kapolri Jadi Duta Polri
- 5 Pangkas Anggaran Jangan Rampas Hak Aktor Pendidikan