Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 03 Mar 2023, 06:40 WIB

Kisah Eksotisme Dunia Timur Marco Polo Ciptakan Sensasi di Eropa

Foto: Istimewa

Pengembaraan Marco Polo ke wilayah Asia yang ia tuliskan dalam jurnal perjalanannya, sempat membuat takjub orang-orang di daratan Eropa. Walau muncul keraguan, Marco Polo kemudian berhasil meraih reputasi sebagai salah satu penjelajah terbesar di dunia

Penjelajah dunia timur Marco Polo yang hidup antara 1254-1324 melakukan perjalanan ke Tiongkok. Ia tinggal dan melayani penguasa Mongol Kubilai Khan (1214-1294) antara 1275 dan 1292 atau 17 tahun. Orang dengan mudah mengetahui sepak terjang perjalanan karena ia menceritakan petualangannya sendiri dalam buku The Travels.

SelainThe Travels, karya akhir dari petualangan Marco Polo berjudulIl Milione(The Million) sering diberi judulThe Travels of Marco PoloatauTravels (Description of the World)dalam bahasa Inggris. Jurnal perjalanannya yang diedarkan pada 1298 itu langsung menimbulkan sensasi.

Dalam buku tersebut ia bukan hanya menggambarkan pengembaraannya tapi juga orang-orang, tempat, dan adat istiadat di Timur, termasuk istana Khan yang menakjubkan. Karya yang menimbulkan sensasi itu menjadi salah satu faktor utama dalam menciptakan citra abadi Marco di benak orang-orang Eropa bahwa Tiongkok adalah tanah dengan kekayaan dan eksotisme yang luar biasa.

Penggambarannya hampir terlalu fantastis untuk dipercaya. Hal ini karena Eropa ketika itu jauh dari kata maju jika dibandingkan dengan Tiongkok. Keheranan orang-orang membuatnyamenikmati reputasi sebagai salah satu penjelajah terbesar di dunia.

Karya bukunya memberi wawasan yang tak ternilai tentang pemerintahan Mongol dan Asia pada umumnya pada akhir abad ke-13 masehi. Meski banyak yang meragukan perjalanannya sebelum beberapa puluh tahun kemudian orang Eropa menemukan kesaksian lain.

Marco Polo lahir dalam keluarga pedagang Venesia yang kaya pada 1254. Ibunya meninggal tidak lama setelah melahirkannya. Pada 1271, saat baru berusia 17 tahun, Marco menemani ayah dan pamannya, Niccoló Polo dan Maffeo Polo. Dalam perjalanan mendampingi kedua pria tua itu ke Asia timur, mereka sempat mengunjungi istana pemimpin Mongol Kubilai Khan di Tiongkok.

Rombongan itu ditemani oleh dua pendeta yang sangat ingin melakukan perjalanan sebagai misionaris. Tetapi setelah perjalanan yang sulit, mereka hanya sampai di Armenia sebelum kembali. Sedangkan Polo melakukan perjalanan melalui darat melalui rute perdagangan yang sudah mapan termasuk diantaranya Jalur Sutra (Silk Road) yang melintasi dataran, pegunungan, dan gurun yang membentang dari Eropa ke Asia.

Mereka melewati Persia dan Kekaisaran Ilkhan, Samarkand, dan Turkestan, dan kemudian melalui Chagatai Khanate. Kadang-kadang mereka berhenti di tempat-tempat tertentu selama berbulan-bulan sementara mereka memulihkan diri dari kelelahan, sakit, atau menunggu sesama pengelana untuk berkelompok dan membentuk karavan yang dikawal yang mungkin lebih tahan terhadap bahaya perjalanan melalui alam liar yang diganggu oleh bandit.

Pada 1275, setelah menempuh perjalanan selama tiga setengah tahun, keluarga Polo akhirnya mencapai istana Khan di ibu kota musim panas Shangdu (Xanadu). Pemimpin Mongol Kubilai Khan memerintah Tiongkok sebagai kaisar dinasti Yuan (1276-1368 M) dengan nama pemerintahan Shizu.

Utusan Tetap

Kubilai, cucu Genghis Khan (1162-1227), menciptakan kerajaan terbesar yang pernah ada di dunia, dengan kekuasaan Mongol yang membentang dari Laut Kaspia hingga Semenanjung Korea.

Ibu kota permanen Kublai adalah Cambaluc (alias Khanbalikh, Tatu atau Daidu). Kota ini saat ini berada di Kota Beijing yang dijadikan ibu kota Tiongkok pada 1421. Istananya terkenal dengan kemegahannya. Khan dikenal sebagai pendukung sastra yang fanatik dan dia sendiri menyukai agama Buddha serta mengizinkan semua agama untuk dipraktikkan.

Meski berasal dari Mongol, dia memeluk budaya Tiongkok, ini tidak dilakukan penguasa Mongol sebelumnya. Meski dinasti Mongol sangat ekspansionis, Khan adalah tuan rumah yang ideal untuk menyambut pelancong dari Eropa seperti Marco Polo.

Marco Polo dalam buku tersebutmenggambarkan, Kublai, yang bergelar Grand Khan, atau tuan, bertubuh sedang, tidak tinggi atau pendek, anggota tubuhnya terbentuk dengan baik, dan di seluruh sosoknya ada proporsi yang adil.

"Kulitnya cerah, dan kadang-kadang diliputi warna merah, seperti semburat mawar yang cerah, yang menambah keanggunan pada wajahnya. Matanya hitam dan tampan, hidungnya bagus dan menonjol," tulis dia.

Kekaguman antar keduanya saling menguntungkan. Marco Polo ditunjuk sebagai utusan tetap dan berada di sekeliling kekuasaan Khan. Ini sesuai dengan kebijakan penguasa Mongol untuk tidak menggunakan pejabat Tiongkok jika memungkinkan.

Seperti halnya Marco Polo akan memukau Eropa dengan kisah-kisahnya tentang Timur di kemudian hari, dia ditakdirkan untuk melakukan perjalanan ke bagian lebih jauh dari Kekaisaran Mongol. Ia kemudian kembali ke Khan dan memberitahu dia tentang orang-orang dan kebiasaan yang ditemuinya.

Selama berinteraksi Marco belajar bahasa lokal, membuat catatan ekstensif dalam perannya sebagai utusan Khan dan bahkan mungkin diangkat menjadi wakil gubernur Yang Chow. Jabatan ini dipegang selama tiga tahun, walaupun beberapa sarjana berpendapat dia tinggal di sana dalam kapasitas lain. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.