Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 04 Jul 2024, 06:25 WIB

Kina yang Membantu Penaklukan

Foto: afp/ CELSO ROLDAN

Penaklukan cepat Afrika oleh Eropa dibantu oleh perkembangan teknologi Eropa yang signifikan sehingga rakyat Afrika tidak mampu melawan. Kapal uap berlambung besi memungkinkan penjajah Eropa untuk menembus lebih jauh ke pedalaman Afrika dengan berlayar ke hulu sungai.Tanpa kapal uap, sangat tidak mungkin orang Eropa dapat menaklukkan benua itu dengan cepat atau efisien.

Namun malaria merupakan hambatan terbesar bagi ekspansi Eropa. Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk tersebut mengakibatkan hancurnya banyak ekspedisi ke pedalaman Afrika. Ekspedisi William Bolt ke Mozambik pada tahun 1777-79 mengakibatkan kematian 132 dari 152 anggota ekspedisi Eropa. Pada tahun 1841, pemerintah Inggris mengirim Kapten Trotter dan sebuah ekspedisi besar ke Sungai Niger dengan tiga kapal uap berlambung besi. Malaria pun merenggut nyawa 55 dari 152 orang Eropa.

Namun pada tahun 1854, Dr William Balfour Baikie, kapten kapal uap Pleiad, memberikan kina kepada awak kapalnya yang berasal dari Eropa. Kapal itu berlayar ke Niger dan kembali lagi, dan tidak ada yang meninggal. Penggunaan kina sebagai pengobatan malaria pun membuka pintu gerbang Afrika untuk invasi Eropa.

"Kemajuan teknologi Eropa terbukti menghancurkan bagi masyarakat Afrika, yang sama sekali tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk bertahan melawan penjajah. Hal ini paling baik diilustrasikan selama Pertempuran Omdurman, selama penaklukan Inggris atas Sudan pada tahun 1898," tulis Thomas Bailey, sarjana geografi dari Bangor University yang banyak menulis tentang penjajahan di Afrika.

Meskipun orang Eropa memiliki keunggulan teknologi yang luar biasa, mereka sering kali menghadapi perlawanan yang tegas dari masyarakat Afrika. Misalnya pada tahun 1881, kaum Mahdi Sudan berperang melawan kekuasaan Inggris dan Mesir. Jerman juga menghadapi perlawanan terhadap kekuasaan mereka di Tanzania. Kebijakan kolonial Jerman yang sangat tidak populer memicu perlawanan pemberontak yang berusaha mengusir penjajah Jerman.

Periode pascaperang di Afrika sendiri ditentukan oleh revolusi. Munculnya kaum intelektual Afrika menjadi terkenal dan memimpin rakyat mereka. Tokoh-tokoh seperti Patrice Lumumba dari Kongo dan Kwame Nkrumah dari Ghana memobilisasi rakyat mereka dan mempromosikan identitas nasionalis melawan penjajah Eropa.

Beberapa negara Afrika memperoleh kemerdekaannya dengan relatif damai. Republik Demokratik Kongo memperoleh kemerdekaan dari Belgia pada tahun 1960 melalui referendum yang damai. Sementara negara-negara lain harus membayar kebebasan mereka dengan darah.

"Sayangnya, kemerdekaan tidak menjamin perdamaian yang langgeng di benua Afrika, dan dampak serta warisan kolonialisme masih terlihat hingga saat ini," tulis Bailey. hay/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.