Kesetaraan Gender di Sektor Hankam Hasilkan Perdamaian Baik
Duta Besar Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste Jess Dutton berbicara pada pembukaan Simposium Kepemimpinan yang Responsif Jender di Jakarta, Sabtu (14/12/2024).
Foto: ANTARA/Cindy FrishantiJakarta - Duta Besar Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste Jess Dutton mengatakan bahwa kemajuan kesetaraan jender yang berlaku dalam sektor pertahanan dan keamanan hasilkan perdamaian lebih baik.
“Partisipasi perempuan yang penuh, setara dan bermakna dalam semua aspek pertahanan dan keamanan menghasilkan hasil perdamaian yang lebih baik dan lebih berkelanjutan,” kata Dutton saat memberi sambutan di pembukaan Simposium Kepemimpinan yang Responsif Jender pada Sabtu di Jakarta.
Dutton menjelaskan perempuan perlu memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk dapat menjadi makmur, sukses dan setara, sekaligus menghilangkan kemiskinan dan meningkatkan keamanan masyarakat.
Dia juga mengatakan setiap orang dapat dan harus mengadvokasi perubahan karena kesetaraan dan inklusivitas jender tidak hanya baik untuk perempuan tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan.
Karena itulah, kata Dutton, kemajuan kesetaraan jender dalam agenda perdamaian dan keamanan merupakan isu penting yang memerlukan kerja sama dari semua pihak.
"Kesetaraan jender bukanlah isu perempuan, Ini adalah isu sosial,” tegas Dutton.
Dubes Kanada juga mengatakan bahwa sangat penting bagi semua untuk mengatasi tantangan yang ada sekaligus menyediakan wadah bagi perempuan untuk berpartisipasi secara bermakna, terutama di sektor pertahanan dan keamanan.
Kedutaan Besar Kanada, dalam Program Pelatihan dan Kerja Sama Militer Kanada (MTCP), bermitra dengan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI menyelenggarakan Simposium Kepemimpinan yang Responsif Jender di Jakarta.
Simposium itu merupakan penutup kursus Integrasi Perspektif Perempuan dan Jender di dalam Angkatan Bersenjata yang diselenggarakan oleh Indonesia dan Kanada dari 9-14 Desember 2024 dengan partisipasi dari Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Filipina.
Acara tersebut mendorong diskusi kritis tentang upaya para pemimpin di semua tingkatan memiliki potensi untuk mengubah budaya organisasi, berbagai praktik terbaik, dan membantu memajukan agenda perempuan, perdamaian dan keamanan di Indonesia dan sekitarnya.
Berita Trending
- 1 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 2 Kemendagri Minta Pemkab Bangka dan Pemkot Pangkalpinang Siapkan Anggaran Pilkada Ulang Lewat APBD
- 3 Natal Membangun Persaudaraan
- 4 Gelar Graduation Development Program Singapore 2024, MTM Fasilitasi Masa Depan Lebih Baik untuk Pekerja Migran
- 5 Gara-gara Perkawinan Sedarah, Monyet Salju Jepang di Australia akan Dimusnahkan
Berita Terkini
- Jangan Sampai Punah, Penampakan Ikan Lele Raksasa Mekong yang Langka di Kamboja
- Ternyata Ini Motifnya pada Kasus Penganiayaan Dokter Koas di Palembang
- Mengasah Bakat, Ratusan Murid Sekolah Indonesia Kuala Lumpur Ikut Pentas Seni 2024
- Pelatih Kim Sang-sik Prediksi Vietnam Tak Akan Mudah Atasi Indonesia
- Gawat, Wabah Kolera Tewaskan 60 Orang di Sudan Selatan