Kenaikan ULN untuk Biayai Sektor Prioritas
"Pertumbuhan dipengaruhi oleh transaksi penarikan netto utang luar negeri, baik oleh pemerintah maupun swasta. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) juga berkontribusi pada peningkatan utang luar negeri berdenominasi rupiah," kata Onny.
Menurut Onny, posisi ULN pemerintah pada akhir Mei 2020 tercatat sebesar 192,1 miliar dollar AS atau tumbuh 3,1 persen (yoy) terutama dipengaruhi oleh arus modal masuk pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dan tingginya daya tarik aset keuangan domestik, serta terjaganya kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia.
"Sentimen positif ini membawa pengaruh pada turunnya tingkat imbal hasil SBN sehingga biaya utang pemerintah dapat ditekan," katanya.
Pengelolaan utang pemerintah, jelasnya, tetap dilakukan secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas yang saat ini dititikberatkan pada upaya penanganan wabah Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Sektor prioritas tersebut mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan porsi 23,4 persen, sektor konstruksi 16,4 persen, sektor jasa pendidikan 16,3 persen, sektor jasa keuangan dan asuransi 12,6 persen, serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 11,6 persen.
Sementara itu, utang luar negeri swasta meningkat didorong pinjaman perusahaan bukan lembaga keuangan. Pada Mei, utang swasta tumbuh 6,6 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,4 persen (yoy). Utang perusahaan bukan lembaga keuangan meningkat sebesar 8,9 persen (yoy), di tengah kontraksi utang lembaga keuangan sebesar 0,8 persen (yoy).
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya