Kenaikan Bunga Jangan Sampai Tekan Sektor Riil
JAKARTA - Upaya pemerintah memperkuat fundamental ekonomi Indonesia, terutama memperbaiki defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan, mesti menggunakan kombinasi kebijakan moneter dan sektor riil yang berimbang.
Untuk itu, kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 5,75 persen yang berpotensi diikuti kenaikan bunga kredit, harus diantisipasi agar tidak berdampak negatif pada kinerja sektor riil.
Ekonom Indef, Bhima Yudhistira, mengatakan keputusan BI menaikkan bunga acuan untuk menjaga pelarian modal asing (capital outflow) semestinya juga mempertimbangkan dampaknya bagi sektor riil.
"Harus mengantisipasi dampak suku bunga ke sektor riil, karena pengusaha tidak terlalu happy kalau suku bunga tinggi, terutama industri manufaktur," ujar dia, di Jakarta, Jumat (28/9).
Menurut dia, pelaku industri manufaktur akan cenderung wait and see dalam merespons kenaikan bunga acuan BI itu. Sebab, kalangan industri menilai kenaikan itu juga akan menaikkan bunga kredit, sehingga biaya produksi membengkak.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya