Kembuhung, Kearifan Lokal Kurangi Limbah Makanan
Lestarikan Tradisi Ngobeng. Nasi minyak khas Palembang dan lauk pauknya yang dihidangkan pada tradisi Ngobeng saat gelaran Kuto Besak Keraton Culinary Festival di Halaman belakang Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sumsel, Sabtu (29/4). (
JAKARTA - Praktik pengawetan makanan sudah dilakukan masyarakat sejak zaman dahulu. Salah satu metode yang dikembangkan pada saat itu adalah proses fermentasi yang memanfaatkan berbagai macam mikrooganisme.
Metode pengawetan makanan tersebut masih banyak dipakai hingga saat ini, baik oleh masyarakat umum maupun industri.
Indonesia memiliki berbagai macam makanan hasil fermentasi seperti tempoyak (fermentasi durian), dadih (susu fermentasi khas Minang), tapai, hingga terasi. Salah satu makanan fermentasi yang dapat dijumpai di Sumatera Selatan yaitu Kembuhung, kuliner khas Suku Besemah di Kota Pagar Alam.
Kembuhung biasanya terbuat dari ikan sungai seperti ikan semah, ikan nila dan ikan mujair yang difermentasi dengan menambahkan nasi dan sedikit garam, serta didiamkan selama 7 hari dalam wadah yang tertutup rapat.
Selain itu, kembuhung dapat pula dibuat dari kerang air tawar dan tulang maupun daging sisa yang tidak habis dimakan. Cita rasa yang dihasilkan tidak terlalu berbeda. Kembuhung yang dibuat dari kerang maupun daging rasanya lebih gurih dibandingkan kembuhung berbahan dasar ikan.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya