Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Jum'at, 09 Jun 2023, 19:20 WIB

Kasus Pembunuhan Penyanyi Pro-Junta Militer Sebarkan Ketakutan di Antara Selebritas Myanmar

Lily Naing Kyaw berfoto dengan juru bicara militer Myanmar, Jenderal Zaw Min Tun,

Foto: FACEBOOK/LILY NAING KYAW

YANGON - Penyanyi Myanmar, Lily Naing Kyaw, meninggal dunia di sebuah rumah sakit Yangon, sepekan setelah ditembak di kepala. Peristiwa itu diduga dilakukan oleh orang-orang bersenjata yang menentang junta militer yang diperjuangkannya.

Kematiannya tidak hanya mengejutkan para pendukung junta militer tetapi juga para selebritis yang bekerja dengan media pro-militer.

Perempuan berusia 58 tahun itu diketahui dekat dengan para pemimpin junta yang merebut kekuasaan pada 2021 sekaligus menjerumuskan negara tersebut ke dalam perang sipil. Dia juga dituduh sebagai informan junta.

Dua pria telah ditangkap dan dituduh membunuh Lily. Mereka disebut-sebut tergabung dalam kelompok gerilya yang menentang militer. Beberapa jam setelah penangkapan mereka, dua kerabat dari salah satu pria tersebut telah dibunuh sebagai pembalasan.

Pembunuhan Lily adalah aksi terbaru dalam rangkaian pembunuhan terhadap sosok-sosok terkenal yang mendukung junta militer Myanmar. Empat hari sebelum dia diserang, seorang tokoh nasionalis terkenal sekaligus pendukung militer, Tint Lwin, ditembak di kepalanya hingga tewas saat berada di sebuah kedai teh di Kota Yangon. Padahal, sejak musim panas tahun lalu, dia selalu bersembunyi setelah selamat dari aksi penembakan.

Lily Naing Kyaw menjadi sasaran pada 30 Mei sore saat memarkir kendaraan di luar rumahnya di Distrik Yankin, Kota Yangon. Laporan menyebutkan dia telah dibunuh, setelah foto dirinya tertelungkup di mobil tersebar ke media sosial. Dia dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis dan tetap koma sampai dia meninggal pada 6 Juni. Kepada BBC, keluarga Lily mengkonfirmasi kematian penyanyi itu.

Sebuah pernyataan pemerintah menyebutkan, peristiwa yang dialami Lily sebagai penembakan tidak manusiawi terhadap seorang perempuan tak bersalah.

Sebanyak 17 organisasi pro-junta mengeluarkan pernyataan mengutuk pembunuhan itu. Ma Ba Tha, sebuah organisasi Buddha nasionalis garis keras, menuntut keamanan yang lebih baik.

Setelah penembakan terhadap Lily, sebanyak dua pria ditangkap dan dituduh sebagai pelaku penembakan. Mereka disebut sebagai anggota Satuan Tugas Khusus, sebuah kelompok perlawanan bersenjata yang berbasis di Yangon.

Salah satu pria, Kaung Zar Ni Hein, diidentifikasi dari rekaman CCTV. Seorang lainnya bernama Kyaw Thura.

Para tersangka berada di tahanan menunggu persidangan dan militer mengeklaim mereka telah mengakui keterlibatan dalam aksi penembakan terhadap Lily.

Militer juga menuduh pemimpin mahasiswa terkemuka, D Nyein Lynn, berada di balik penembakan itu.

Pada malam penangkapan kedua pria itu, ibu dan sepupu Kaung Zar Ni Hein ditembak mati di rumah mereka di Yangon. Adik laki-laki dan perempuannya berhasil melarikan diri. "Pasukan keamanan melindungi mereka dari orang-orang bersenjata," menurut saluran pro-militer.

Tidak ada konfirmasi secara independen atas laporan tersebut atau siapa yang menyerang keluarga tersebut. Tidak ada kelompok yang mengeklaimnya.

Lahir dari keluarga militer, Lily bergaul dengan para petinggi militer dan sering berfoto dengan mereka dalam acara-acara resmi. Salah satu lagu Lily menjadi lagu tema tidak resmi festival air Myanmar, yang merayakan Tahun Baru.

Lily disebut-sebut menjadi sasaran kubu oposisi karena dia adalah seorang informan militer. Dia dituding telah merekam video pengunjuk rasa yang berdemonstrasi di lingkungannya. Rekaman video itu kemudian diserahkan kepada tentara, yang menyebabkan pengunjuk rasa ditangkap.

Dia juga dituduh melaporkan orang-orang muda yang terlibat dengan kubu revolusioner penentang militer.

Beberapa bulan setelah kudeta Februari 2021 yang menggulingkan Partai Demokratik Nasional (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi, Lily dipilih untuk berbicara dengan CNN dan Southeast Asia Globe saat liputan ke Myanmar.

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah dituduh sebagai mata-mata dan poster-poster yang mengecamnya sebagai pengkhianat telah dipasang di tiang lampu dekat rumahnya. Dia juga mengatakan rumahnya telah dirusak.

"Saya mendukung militer dan menerima kudeta. Tapi kebanyakan orang di lingkungan saya mendukung NLD dan mengatakan mereka ingin membunuh saya," kata penyanyi itu kepada wartawan. "Orang-orang ini ingin menghancurkan bangsa," imbuh dia.

Beberapa tokoh masyarakat menghindari Lily karena dia akan membeberkan melalui grup pro-militer di Telegram, siapa selebriti yang bergabung dalam protes anti-kudeta sehingga mereka dapat ditangkap, menurut sumber yang dekat dengan para korban.

Seorang penulis lagu terkenal, Aung Naing San, yang merupakan pendukung pro-demokrasi, telah lama bertikai dengan Lily di media sosial. Keduanya berselisih sejak 2009 dan Aung mengkritik Lily karena mendukung kudeta.

Aung ditangkap pekan lalu setelah menyukai foto Lily berbaring di mobilnya.

"Kematian itu menyedihkan," tulis Aung di Facebook pada 1 Juni, "tetapi karena ada rasa sakit hati dan kebencian pribadi, saya merasa puas."

Pembunuhan terhadap Lily membuat dunia hiburan Myanmar terkejut. Sejumlah selebritas Myanmar pro-pemerintah telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menyuarakan dukungan mereka kepada militer karena mereka merasa tidak dilindungi, dan orang-orang bersenjata dapat datang ke rumah mereka kapan saja.

Mereka memperingatkan satu sama lain untuk menggunakan media sosial dengan hati-hati dan untuk tetap rendah hati, menurut beberapa sumber.

Seorang selebritas yang terjebak dalam ranjau politik Myanmar adalah Paing Takhon, seorang model dan aktor yang dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun pada 2021 karena bergabung dalam protes anti-kudeta. Dia dibebaskan lebih awal setelah setuju untuk berkolaborasi dengan militer, tetapi sekarang diboikot setelah tampil untuk mereka selama festival air, April lalu.

Pengguna media sosial menulis berbagai komentar marah saat cuplikan filmnya yang akan datang, Rent Boy, diunggah ke media sosial. Beberapa warganet menuduhnya melakukan pengkhianatan, yang lain menulis komentar "Anda memalukan" dan "Paing Takhon bukan lagi pahlawan rakyat Myanmar dan sekarang dia bekerja sama dengan junta militer yang brutal".

Aktor tersebut menanggapi 2,8 juta pengikutnya dengan mengatakan bahwa Myanmar tidak maju karena orang-orang saling berkelahi, tetapi postingannya dihapus tidak lama kemudian.

April lalu, seorang rapper bernama Yone Lay (artinya Kelinci Kecil) diserang oleh seorang pria menggunakan pisau saat dia berada di sebuah restoran di Yangon. Namun Yone Lay lolos tanpa cedera.

Dalam akun media sosialnya ia mengatakan bahwa mencintai militer tidak sama dengan membenci organisasi nonmiliter. "Saya tidak suka ekstremisme. Saya sangat ingin semua orang damai dan bersatu," tulis dia.

Seperti Lily, dia telah dituduh sebagai informan militer.

Di sisi lain, tindakan keras diterapkan terhadap selebritas yang mengkritik pemerintah. Bulan lalu, rapper Byu Har ditangkap karena "mengganggu perdamaian" dan "menyebarkan propaganda" setelah dia mengejek junta karena pemadaman listrik terus-menerus.

Ayahnya, komposer terkenal Naing Myanmar, menulis lagu Kabar Ma Kyay Buu, yang berarti "Kami tidak akan puas sampai akhir dunia", yang merupakan lagu kebangsaan gerakan pro-demokrasi Myanmar tahun 1988 dan sekarang dinyanyikan pada aksi protes menentang kudeta 2021. BBC/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Berbagai Sumber, Ilham Sudrajat

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.