![Indonesia Hadapi Risiko Defisit Gas pada 2019](https://koran-jakarta.com/images/article/phpe4g9go_resized.jpg)
Indonesia Hadapi Risiko Defisit Gas pada 2019
![Indonesia Hadapi Risiko Defisit Gas pada 2019](https://koran-jakarta.com/images/article/phpe4g9go_resized.jpg)
Dampak Multidimensi
Dessy menambahkan impor gas akan mendatangkan dampak multidimensi. Importasi tidak serta-merta hanya dilakukan karena alasa mendapatkan gas murah. Impor perlu mempertimbangkan industri gas bumi nasional baik dalam aspek produksi, infrastruktur maupun pasar gas.
Seperti diketahui, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk mengimpor gas alam cair (LNG) dari salah satu perusahaan di Singapura. Pemerintah beralasan impor dilakukan karena harganya lebih murah, ketimbang harga gas domestik. Kendati demikian, belum diputuskan apakah impor itu jadi dilakukan atau tidak.
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menyebutkan rencana impor gas itu sulit diterima dengan akal sehat, apalagi berdasarkan data Kementerian Perindustrian pada 2017 kebutuhan industri akan gas bumi mencapai 2.280 MMSCFD. Sementara menurut Kementerian ESDM, produksi gas sampai 4 September itu sekitar 7.756 MMSCFD."Dari data ini tidak ada alasan untuk melakukan impor,"ungkapnya.
Agus meminta Pemerintah untuk fokus memperbaiki marjin harga gas yang tinggi ketika sampai ke tangan pelanggan karena banyak melalui perusahaan perantara alias trader yang mengambil marjin tinggi. Apalagi pemerintah merupakan penentu turun tidaknya harga gas, bukan justru beralih dengan mengimpor gas. ers/E-10
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya