Impor Kedelai Gerus Devisa
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Kinerja lembaga pemerintah dalam membangun kedaulatan pangan sampai saat ini dinilai belum optimal. Upaya mendorong produktivitas pangan di dalam negeri cenderung masih jalan di tempat.
Impor lagi-lagi menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Importasi dikhawatirkan makin membebani keuangan negara menggerus cadangan devisa.
Terbaru, pemerintah melalui Perum Bulog mengimpor kedelai sebanyak 350 ribu ton dari AS. Kendati tujuannya untuk membendung kenaikan harga, namun kondisi ini menunjukkan rendahnya efektivitas kinerja kementerian terkait selama ini.
- Baca Juga: Harga Telur Naik Jelang Nataru
- Baca Juga: Rupiah di Titik Terendah! Apa yang Sebenarnya Terjadi?
"Importasi dengan kondisi rupiah melemah hingga tembus melebihi 15 ribu rupiah per dollarnya, akan menggerus devisa yang cukup signifikan," tegas Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin, di Jakarta, Rabu (9/11).
Andi Akmal mengkritisi, importasi kedelai dalam jumlah besar dari Amerika Serikat (AS) dan Kanada ini akibat tingginya harga yang semestinya di bawah angka maksimal 10.000 rupiah kini harga kedelai sudah menyentuh angka 13.000 rupiah per kilogram (kg).
Menurutnya, ini alasan klasik yang terus berulang sepanjang tahun. Bahwa alasan utama melakukan impor karena tingginya harga komoditas termasuk kedelai, lantas cara mudahnya dengan impor.
"Upaya terbesar untuk mengendalikan importasi dengan kemampuan produksi dan manajemen stok terlihat dari jaman dulu hingga sekarang belum mampu menjadikan negara ini berdaulat terhadap komoditas pangan," tutur Akmal.
Legislator Dapil Sulawesi Selatan II ini selanjutnya berharap pengendalian harga kedelai dapat di bawah 10.000 rupiah sehingga pengrajin tahu dan tempe dapat terus beraktivitas untuk memenuhi protein nabati masyarakat Indonesia.
"Ke depannya, saya minta mulai dari Badan Pangan Nasional, Kementerian Pertanian, Bulog, ID Food, mampu mengelola pangan strategis, baik dari produksi, stok, hingga tata niaganya yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia keseluruhan," tukas Andi Akmal.
Butuh Waktu
Adapun Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah meminta Perum Bulog untuk segera mengimpor kedelai agar pasokan dalam negeri bertambah. Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, mengatakan Permintaan itu, sesuai dengan perintah Presiden Jokowi.
Kata Mendag, pemerintah membutuhkan waktu baginya untuk menstabilkan harga kedelai. "Jika pemerintah mengimpor kedelai sekarang maka barang tersebut baru akan datang pada Desember. Harganya kira-kira sampai sini 11 ribu rupiah per kilogram dan akan dijual 10 ribu rupiah per kilogram," ucap Zulkifli.
Mendag menjelaskan Bulog telah mengimpor 350 ribu ton kedelai dari Amerika Serikat. Harga kedelai tersebut akan disubsidi pemerintah hingga 3 ribu rupiah per kg begitu didistribusikan ke pelaku usaha.
Dalam kesempatan lainnya, Peneliti Ekonomi Indef, Nailul Huda, mengakui fokus utama pemerintah saat ini ialah mencegah kenaikan inflasi. Caranya dengan memperkuat stok untuk kebutuhan dalam negeri.
"Tujuannya agar tak ada peningkatan inflasi yang tak terkendali seperti kasus minyah goreng kemarin. Penguatan stok ini berlaku untuk semua jenis komoditas, termasuk juga beras," pungkas Huda.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia