Hasil Studi: Emisi CO2 Mencapai Rekor pada Tahun 2024
Seorang nelayan mengamati pembangkit listrik tenaga batu bara Suralaya di Cilegon, Banten, baru-baru ini. Hasil studi memperkirakan emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil akan meningkat.
Foto: AFP/Ronald SIAGIANSINGAPURA – Menurut sebuah studi yang dirilis pada hari Rabu (13/11), emisi karbon dioksida (CO2) global dari pembakaran bahan bakar fosil diperkirakan akan mencapai rekor pada tahun 2024, yang akan membawa dunia ke ambang batas suhu perubahan iklim utama pada tahun 2030. Dikutip dari The Straits Times, studi oleh Global Carbon Project, sebuah konsorsium ilmiah internasional, memperkirakan emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil akan meningkat sebesar 0,8 persen dari tahun 2023 hingga mencapai 37,4 miliar ton pada tahun 2024.
Meskipun ada kemajuan dalam investasi energi bersih secara global, terutama rekor investasi di Tiongkok, pertumbuhan penggunaan gas alam dan minyak merupakan pendorong utama yang mendorong peningkatan emisi fosil global.
“Pertumbuhan emisi pada tahun 2024 menunjukkan investasi besarbesaran dalam energi terbarukan masih belum cukup besar untuk memenuhi peningkatan permintaan energi, apalagi untuk mulai mengurangi emisi global menuju target emisi nol bersih,” kata Pep Canadell, Direktur Eksekutif Global Carbon Project. Ia merujuk pada tujuan global untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050. “Penebangan hutan, kebakaran hutan, dan degradasi lahan gambut juga menambah CO2 ekstra ke atmosfer dan memanaskan planet ini,” kata analisis tersebut.
- Baca Juga: Mobil Tabrak Pasar Natal di Magdeburg, Jerman: 5 Tewas
- Baca Juga: Gempa Kuat Kembali Guncang Vanuatu
Tahun Terpanas
Dirilis selama perundingan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa, Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change (COP29) di Baku, Azerbaijan, studi tersebut muncul setelah setahun ditandai oleh peristiwa cuaca ekstrem, mulai dari badai yang melanda Florida hingga banjir mematikan di Spanyol, Tiongkok, dan Vietnam, dan dengan tahun 2024 ditetapkan sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat.
Emisi diprediksi akan menurun di Uni Eropa (turun 3,8 persen dari tahun 2023) dan di AS (0,6 persen), terutama karena menurunnya penggunaan batu bara. Pembakaran batu bara merupakan sumber emisi CO2 terbesar dari aktivitas manusia. Di Tiongkok, yang bertanggung jawab atas sekitar sepertiga dari seluruh emisi karbon dari aktivitas manusia, polusi CO2 diperkirakan akan meningkat sebesar 0,2 persen pada tahun 2024, dibandingkan dengan 4,9 persen pada tahun 2023.
Untuk India, emisi diperkirakan naik 4,6 persen pada tahun 2024, dibandingkan dengan kenaikan 8,2 persen pada tahun 2023. India merupakan penghasil emisi nomor 3 setelah Tiongkok dan AS. “Ekonomi India terus tumbuh pesat.
Sektor jasanya, yang membutuhkan lebih sedikit energi, dan kapasitas energi terbarukannya yang terus meningkat menjadi salah satu alasan rendahnya intensitas energi dalam ekonominya. Namun, emisi batu bara terus tumbuh pesat,” kata Canadell.
Perlambatan di sektor konstruksi, yang berarti lebih sedikit emisi dari produksi semen, dan rekor penambahan kapasitas energi angin dan matahari membatasi pertumbuhan emisi Tiongkok, tambahnya.
Polusi CO2 dari penerbangan dan pelayaran internasional, yang mencakup sekitar 3 persen dari emisi global, diproyeksikan meningkat sebesar 7,8 persen pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023, tetapi tetap berada sedikit di bawah tingkat sebelum pandemi tahun 2019. Emisi karbon dari bahan bakar fosil bertanggung jawab atas sekitar 90 persen dari seluruh polusi CO2 dari aktivitas manusia.
Batu bara, minyak, dan gas digunakan untuk menghasilkan listrik, untuk transportasi dan industri, serta untuk membuat bahan kimia dan produk seperti plastik, yang menggarisbawahi betapa bergantungnya ekonomi global pada bahan bakar tersebut. Badan Energi Internasional telah memperkirakan dua triliun dollar AS akan dibelanjakan pada tahun 2024 untuk teknologi bersih seperti energi terbarukan, kendaraan listrik, dan tenaga nuklir, dua kali lipat jumlah yang dibelanjakan untuk batu bara, gas, dan minyak.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
Berita Terkini
- Lalu lintas di ruas Tol Jabotabek dan Jabar meningkat H-3 natal
- BPBD Jatim sebut penyebab banjir Tempurejo karena pendangkalan sungai
- Dishub DIY imbau wisatawan jalan kaki masuk Malioboro saat libur Natal
- Antisipasi Lonjakan Pengunjung, Dishub DIY Imbau Wisatawan Jalan Kaki Masuk Malioboro Saat Libur Natal
- Data Hingga H-3 Natal, Sebanyak 835 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jabotabek