Senin, 03 Feb 2025, 17:38 WIB

Harga Eceran Elpiji Melonjak, Warga Pedalaman Lebak Gunakan Kayu Bakar untuk Memasak

Dua warga di pedalaman Kabupaten Lebak istirahat sambil duduk untuk menghilangkan rasa capai setelah mencari kayu bakar ke kebun maupun kawasan hutan dengan berjalan kaki hingga menempuh 1,5 kilometer dari rumah.

Foto: ANTARA/Mansyur

LEBAK - Masyarakat di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, menggunakan kayu bakar untuk kebutuhan memasak sehari-hari dan tidak memakai gas elpiji bersubsidi.

"Kami sejak dulu hingga sekarang untuk keperluan memasak di dapur menggunakan kayu bakar," kata Iyos (55) warga Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Senin.

Menurutnya, masyarakat di daerah itu sudah turun temurun kebanyakan menggunakan kayu bakar untuk keperluan memasak sehari-hari. Mereka mendapatkan kayu bakar dengan mencari ke kebun maupun kawasan hutan.

Ia mengatakan ketersediaan kayu bakar melimpah sehingga tidak perlu menggunakan elpiji 3 kg. "Kami hari ini mendapatkan kayu bakar di kebun bisa untuk keperluan memasak selama tiga hari ke depan," kata Iyos.

Aminah (50), warga Desa Cisimeut, Kecamatan Leuwidamar, mengatakan penggunaan kayu bakar sangat membantu ekonomi keluarga, terlebih harga elpiji melambung dan langka.

"Kami lebih nyaman dan murah menggunakan kayu bakar untuk memasak sehari-hari," ujarnya.

Begitu juga Ijah (45), warga Kampung Cihiang, Desa Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak, mengaku menggunakan brondo sebagai bahan bakar dengan memanfaatkan sisa-sisa kelapa sawit milik PTPN VIII Cisalak.

Masyarakat di sana kini beralih ke bahan bakar brondo sehubungan harga eceran elpiji kemasan di pasaran melonjak.

Penggunaan bahan bakar itu, kata dia, tentu membantu perekonomian keluarganya, karena saat ini dia tidak mampu membeli elpiji ukuran tiga kilogram.

"Kami menggunakan brondo sudah berjalan dua tahun, sehingga bisa mengirit biaya hidup, terlebih suami buruh bangunan," katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Yani mengatakan sejak dua pekan terakhir itu terjadi kelangkaan elpiji 3 kilogram akibat adanya kebijakan baru dari Pertamina.

Saat ini pendistribusian gas bersubsidi itu dijual melalui agen resmi atau pangkalan dan tidak boleh dijual ke tingkat warung pengecer.

Untuk harga gas elpiji 3 kg dijual sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang diperkuat pada Perbup Nomor 3 Tahun 2023 dengan harga Rp.19.000 (zona 1) dan Rp19.500 (zona 2).

"Kami optimistis penjualan melalui agen resmi lebih tepat sasaran untuk masyarakat berpenghasilan rendah," katanya.

Ia mengatakan hanya memiliki kuota elpiji bersubsidi sebanyak 7.000 tabung, sehingga seringkali terjadi kelangkaan, karena banyak keluarga mampu ekonomi menggunakan gas bersubsidi. Ant

Redaktur: -

Penulis: Opik

Tag Terkait:

Bagikan: