Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Peraih Medali Emas Paralimpiade Paris 2024, Leani Ratri Oktila

Harapkan Dukungan yang Sama untuk Atlet Difabel

Foto : ANTARA/Agung Wahyudi

Peraih Medali Emas Paralimpiade Paris 2024, Leani Ratri Oktila

A   A   A   Pengaturan Font

Tahun 2010, saya mengalami kecelakaan ditabrak mobil tentara, terseret di aspal patah kaki kiri dan tangan kanan. Awalnya kaki saya berbeda 1,5 cm, karena saya berjalan terus, lama-lama semakin panjang perbedaannya, terakhir diukur sudah 11 cm. Selama tiga bulan saya hanya bisa tidur dan duduk karena tangan juga patah dan gips. Selama tiga bulan itu, saya memang hanya di kasur tidak ke mana-mana. Pas ketika kecelakaan itu saya merasakan ini rasanya istirahat, karena saya tidak pernah istirahat di rumah waktu itu.

Pertama kali dirasakan ketika kembali, tapi menjadi atlet difabel?

Terharu dan sedih. Penolakan dari keluarga juga ada, "Ratri gak main lagi kata Bapak, itu raketnya sudah saya gantung, biar saja dia istirahat, fokus kuliah." Waktu itu saya bohong lagi, saya bilang ke Bapak saya akan kuliah, tapi datang ke gedung itu dan ikut bertanding.

sangat ingin kembali bermain?

Karena saya tahu keluarga saya itu penuh kasih mereka takut saya minder. Saya waktu itu tidak berniat main dan bertanding meski tawaran sudah banyak. "Ayolah segera main" minta pengurus-pengurus yang di Riau. Saat saya main, adik-adik saya semuanya datang, ramai karena saya 10 bersaudara. Pas main, saya lihat adik-adik di tribun. Saya pikir mereka mendukung, tapi ternyata mereka bilang malu melihat saya main lagi. Waktu itu mereka belum paham, bukan hanya mereka, kebanyakan di Indonesia untuk atlet difabel dipandang sebelah mata, padahal prestasinya sama. Terus saya bilang ke mereka, bedanya saya apa, kan sama-sama manusia. Pertama kali turun, saya sudah dapat satu emas dan satu perak. Saya bawa medali itu ke rumah, di situ saya meyakinkan bapak. Ini dunia saya. Saya nyaman di sini. Bapak saya melihat medali itu nggak ngomong, tapi medali pertama saya di difabel itu langsung dipajang dekat fotonya dia. Tapi, dari Ibu saya dengar Bapak ngomong, dalam kondisi begini saja dia masih bisa ngasih kita medali.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Sriyono
Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top