Gerakan Konservasi ‘Spesies Terlupakan’ Berbasis Akar Rumput Bermunculan
Herjayanto, dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, bersama tim ilmuwan Yayasan Celebica bersama nelayan meneliti populasi Ikan Rono Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).
Gerakan-gerakan konservasi 'spesies terlupakan' berbasis akar rumput mulai bermunculan, berkat kerja sama masyarakat dengan ilmuwan.
Sheherazade, University of California, Berkeley
Beberapa dekade silam, mayoritas topik konservasi atau pelestarian spesies satwa Indonesia berfokus pada harimau, gajah, badak, dan orangutan (dijuluki The Big Four).
Keempat satwa ini memang penting lantaran keberadaan mereka sebagai spesies payung (umbrella species) dapat melindungi ekosistem dan spesies-spesies lain. Keempatnya juga menjadi spesies unggulan (flagship species) yang berhasil meningkatkan kesadaran khalayak tentang keanekaragaman hayati dan menggalang dukungan untuk konservasi.
Namun, ketimpangan perhatian konservasi dapat mengabaikan keberadaan spesies lainnya yang berada dalam tingkat keterancaman serupa. Beberapa di antaranya adalah kelelawar sulawesi, ikan rono di Poso, hingga hiu tikus di Nusa Tenggara Timur.
Di antara 'spesies terlupakan' ini, banyak pula spesies endemik Indonesia yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia. Mereka juga berperan penting untuk ekosistem dan perekonomian masyarakat. Contohnya adalah kelelawar yang menyerbuki durian-buah bernilai ekonomi tinggi.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya