Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 09 Des 2024, 03:40 WIB

Gen Z Kota Depok Jadi Gantungan Pengembangan Budaya

Penjabat (Pj) Sekretaris Derah (Sekda) Nina Suzana.

Foto: ANTARA/Feru Lantara

DEPOK – Generasi Z Kota Depok menjadi gantungan untuk mengembangkan budaya lokal agar tetap lestari dan malahan lebih maju. “Salah satunya tradisi Rebut Dandang yang telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak benda di Jawa Barat oleh Pemerintah Provinsi Jabar tahun lalu,” kata Penjabat Sekretaris Daerah, Nina Suzana, ­Minggu.

Nina menjelaskan, selain budaya Rebutan Dandang, ada juga Tari Topeng Cisalak, Ngubek Empang. Budaya-budaya ini perlu dilestarikan agar tidak punah di tengah modernisasi.

Nina menyebut, Tanjidor dan Palang Pintu yang ditampilkan dalam pembukaan Media Arts Summit 2024, bukan budaya asli Depok, melainkan budaya Betawi.

Meski begitu, dia tetap mengajak semua pihak ikut melestarikan dan mengembangkan budaya tersebut. Menurutnya, Indonesia kaya budaya, maka perlu terus ­digali.

“Adik-adik dari generasi Z juga harus pandai berpantun, misalnya. Sebab pemerintah juga memberi ruang berekspresi untuk melestarikan budaya lewat lomba-lomba,” katanya.

Melalui berbagai penampilan budaya Depok dalam setiap kegiatan, diharapkan anak-anak zaman now tahu dan bisa menyebarluaskan bahwa di Kota Depok ada budaya khas.

“Anak muda memiliki peran penting untuk melestarikan budaya lokal agar tetap eksis dan dikenal luas,” ujarnya.

Nina Suzana menyinggung Festival Keriaan Depok Expo Tahun 2024. Menurutnya, ini merupakan ajang untuk memperkenalkan seni ­budaya dan Usaha Mikro ­Kecil Menengah (UMKM) ke masyarakat luas. Dengan harapan kesenian dan budaya bisa terus terjaga hingga generasi mendatang.

“Festival ini adalah salah satu upaya Pemerintah Kota Depok untuk senantiasa memperkenalkan seni budaya kepada masyarakat,” ujar Nina saat membuka Festival Keriaan Depok Expo, di Taman Alun-alun Kota Depok, Grand Depok City, Sabtu (7/12). Dia menuturkan, generasi saat ini mungkin belum mengetahui seni budaya milik Kota Depok.

Ataupun jika sudah tahu, namun masih bingung karena kemiripan dengan budaya Betawi. “Memang terlihat sama antara Betawi Depok dan Jakarta. Tapi pada kenyataannya ada beberapa perbedaan,” katanya.

Selain itu, dalam Festival ini juga menjadi ajang para pelaku UMKM menjajakan produk-produk ­unggulannya.

Mereka telah mengikuti program 5.000 wirausaha baru dan 1.000 perempuan pengusaha besutan Dinas Koperasi dan Usaha Menengah. Lewat program tersebut para pelaku UMKM dilatih agar menjadi pengusaha mandiri dan segera naik kelas.

Mereka mendapat pembinaan dalam beberapa bulan agar bisa berkembang, ­mandiri dan menghasilkan omzet besar. Bukan itu saja, mereka juga diajarkan keahlian lain. Salah satunya membuat administrasi usaha yang baik untuk bisa bersaing hingga nasional dan ­internasional.

“Mudah-mudahan acara ini membangkitkan semangat untuk memperkenalkan seni budaya dan produk UMKM Kota Depok,” tandasnya. Ant/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.