Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 25 Jan 2025, 01:30 WIB

UNICEF Sebut 242 Juta Murid Sekolah Terdampak Guncangan Iklim pada 2024

Direktur Eksekutif Unicef, Catherine Russell

Foto: Unicef

WASHINGTON - Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau (United Nations Children's Fund (UNICEF), pada Kamis (23/1), melaporkan bahwa cuaca ekstrem telah mengganggu aktivitas sekolah, sehingga sekitar 242 juta anak di 85 negara pada tahun 2024 atau satu dari tujuh siswa, menyesalkan apa yang disebut sebagai aspek "terabaikan" dari krisis iklim.

Dikutip dari The Straits Times, gelombang panas memiliki dampak terbesar. Direktur Eksekutif Unicef ??Catherine Russell, memperingatkan bahwa anak-anak “lebih rentan” terhadap cuaca ekstrem.

“Mereka lebih cepat kepanasan, kurang efektif karena berkeringat,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan.

“Anak-anak tidak dapat berkonsentrasi di ruang kelas yang tidak memberikan perlindungan dari panas terik, dan mereka tidak dapat pergi ke sekolah jika jalan setapak banjir, atau jika sekolah tersapu banjir.”

Aktivitas manusia, termasuk pembakaran bahan bakar fosil yang tak terbatas selama beberapa dekade, telah menghangatkan planet dan mengubah pola cuaca. Suhu rata-rata global mencapai rekor tertinggi pada tahun 2024 dan selama beberapa tahun terakhir, suhu tersebut untuk sementara melampaui ambang batas pemanasan kritis 1,5 derajat Celcius untuk pertama kalinya.

Hal itu menyebabkan musim hujan menjadi lebih basah dan musim kemarau menjadi lebih kering, meningkatkan suhu panas dan badai, serta membuat penduduk lebih rentan terhadap bencana.

“Angka 242 juta adalah perkiraan konservatif,", kata laporan Unicef, dengan alasan adanya kesenjangan dalam data.

Sekolah Hancur

Data yang tersedia menunjukkan, siswa dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas mengalami penangguhan kelas, pemindahan liburan, penundaan pembukaan kembali, perubahan jadwal, dan bahkan sekolah rusak atau hancur sepanjang tahun akibat guncangan iklim.

Setidaknya 171 juta anak terkena dampak gelombang panas, termasuk 118 juta pada bulan April saja, saat suhu meningkat di Bangladesh, Kamboja, India, Thailand, dan Filipina.

Di Filipina khususnya, ribuan sekolah tanpa pendingin undara ditutup, dan anak-anak berisiko mengalami hipertermia.

Bulan September, yang menandai dimulainya tahun ajaran di banyak negara, juga sangat terdampak. Kelas-kelas ditangguhkan di 18 negara, terutama karena Topan Yagi yang dahsyat di Asia Timur dan Pasifik.

Asia Selatan merupakan kawasan yang paling terdampak oleh gangguan sekolah terkait iklim, dengan 128 juta anak sekolah terkena dampaknya. India memiliki jumlah anak terbanyak yang terkena dampak yakni 54 juta anak, terutama akibat gelombang panas.

Begitu pula Bangladesh juga memiliki 35 juta anak yang terkena dampak gelombang panas. Angka tersebut kemungkinan akan meningkat di tahun-tahun mendatang karena suhu terus meningkat, dengan separuh anak-anak di dunia, sekitar satu miliar tinggal di negara-negara dengan risiko tinggi terhadap guncangan iklim dan lingkungan.

Jika emisi gas rumah kaca terus berlanjut pada lintasannya saat ini, delapan kali lebih banyak anak akan terpapar gelombang panas pada tahun 2050 dibandingkan pada tahun 2000, menurut proyeksi Unicef.

Proyeksi menunjukkan, lebih dari tiga kali lipat jumlah orang akan terkena banjir ekstrem dan 1,7 kali lipat lebih banyak akan terkena kebakaran hutan.

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.