Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kualitas SDM

Faktor Sosiokultural Pengaruhi "Stunting" secara Lebih Luas

Foto : Antara

Menteri PPPA Bintang Puspayoga

A   A   A   Pengaturan Font

Perkawinan anak turut menyebabkan kemiskinan pada perempuan dan anak. Akibatnya, sulit untuk bisa mengakses layanan kesehatan atau memenuhi gizi anak. Belum lagi jika anak dan perempuan harus dihadapkan dengan isu kekerasan di dalam rumah tangga.

"Beberapa isu tersebut hanyalah segelintir contoh, penting kita sadari bahwa menyelesaikan isu stunting tidak akan bisa dilakukan jika kita bekerja sendiri atau menitikberatkan pada sektor kesehatan saja," ujarnya.

Menurut Bintang pengasuhan yang berkualitas bisa dijadikan sebagai kunci utama dalam mencegah stunting. Pengasuhan yang berkualitas dilakukan secara setara antara ayah dan ibu. Orang tua harus mempunyai rasa tanggung jawab, berakal dan berpengetahuan terutama dalam mendidik anak.

Stunting sendiri sudah dijadikan isu prioritas pemerintah. Percepatan penurunan angka stunting telah dinyatakan sebagai program prioritas nasional, melalui Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024. Terlebih angka prevalensi stunting saat ini baru turun dari 24,4 persen pada tahun 2021 menjadi 21,6 persen di tahun 2022.

Terpisah, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan stunting banyak ditemukan pada anak-anak yang berusia enam hingga 24 bulan atau setelah masa ASI eksklusif selesai diberikan oleh ibu.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top